"Meskipun sangat mungkin dan banyak orang menjagokan itu. Tetapi menurut saya, Bu Risma punya pengalaman terhadap kewilayahan, bukan pada per bidang seperti menteri," imbuh Suko.
Tanggapan Risma
Di tempat terpisah, Aiman mewawancarai Risma mengenai kemungkinannya dicalonkan menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Risma pun menanggapi dengan jelas spekulasi yang beredar.
"Sekali lagi saya nggak tahu, pertama. Yang kedua, saya memang punya prinsip bahwa jabatan itu nggak boleh diminta, terutama jadi kepala daerah, karena itu sangat berat sekali," jelas Risma.
Risma menerangkan, tanggung jawab sebagai kepala daerah sangat besar.
Semua orang akan bergantung kepada satu sosok tersebut.
"Nah, karena itu saya tidak berani untuk pingin, 'oh ya saya yakin saya bisa', karena itu pasti berat," ujarnya.
Menanggapi ketidakinginan Risma menjadi kepala daerah, Aiman menanyakan kemauan Risma menjadi Wali Kota Surabaya selama dua periode.
"Kenapa bu Risma kemarin mau jadi wali kota?" tanya Aiman.
"Saya sudah berusaha menghindar, tetapi nggak bisa. Itu yang namanya takdir. Saya nggak bisa lagi menghindar. Kalau takdir Tuhan sudah seperti itu, saya mau apa?" jawab Wali Kota Surabaya itu.
"Ibu tidak ingin menjadi kepala daerah, sebenarnya?" Aiman lanjut bertanya.
Risma pun mengiyakan dengan tegas.
"Kenapa, Bu? Karena Ibu memimpin dua periode ini dengan tingkat kekuasaan di atas rata-rata, mendapat ratusan penghargaan?" tanya Aiman.
Menurut Risma, seseorang tidak bisa dinilai dari penghargaannya.
"Orang percaya dengan kapasitas saya, Tapi kan tidak bisa seperti itu, rakyat tidak menilainya seperti itu," ujar Risma.
"Seseorang bisa ngomong bahwa dia tidak merasakan sentuhan saat Risma jadi wali kota. Makanya, saya selalu sampaikan itu ke seluruh ketua RT, ketua RW, Lurah, Camat, Kepala Dinas, 'Tolong cari orang-orang yang sakit, tidak bisa berobat, yang tidak bisa makan, anak yatim, orang yang terlantar, ayo kita rawat'," jelas Risma panjang.
Risma merasa, uang pemerintah kota sangat terbatas.
Oleh karena itu, sebagai kepala daerah, sudah semestinya dia harus menyelesaikan masalah tersebut.
"Saya tidak ingin suatu hari di Padang Mahsyar dipanggil hanya karena tidak adil dengan satu orang," ungkap Risma.
Hal itulah yang membuat Risma mau menjadi wali kota, meskipun sebenarnya tidak pernah mau menjadi kepala daerah.
Ketika terpilih kedua kali pun, Risma mengaku tidak bersyukur.
Itu karena Risma takut untuk tidak bisa berlaku adil.
Sementara itu, Aiman menyinggung pernyataan Jokowi mengenai adanya satu kepala daerah yang dijadikan menteri.
Menurut Aiman, pengangkatan kepala daerah sebagai menteri didasarkan kepada faktor kedekatan, kepemimpinan yang luar biasa, serta jangka waktu kepemimpinan.
Menanggapi hal itu, Risma mengelak dengan tegas,
"Matematika jabatan tidak seperti itu. Tidak karena prestasi, dua kali jabatan, pasti ada faktor-faktor lain yang pasti tidak seperti itu. Makanya, saya tidak pernah membayangkan (jadi menteri)," ucap Risma.
"Kalau Jokowi meminta Bu Risma memerintah?" tanya Aiman.
"Saya nggak tahu, yang bisa njawab kan bukan saya, nanti Tuhan yang akan menjawab," jawab Risma.
Lantas, Aiman kembali membahas mengenai peluang Risma dalam Pemilu Presiden 2024 mendatang.
Risma merespons hal tersebut dengan santai.
"Ya tadi saya sampaikan. Kok berani-beraninya Risma bermimpi atau membayangkan. Saya terus terang ambisi aja nggak. Kepingin, nggak. Mimpi, bayangin aja nggak," cetus Risma.
"Menteri, gubernur, capres, sama sekali tidak, Bu?" tanya Aiman penasaran.
Risma pun menjawab "tidak" dengan tegas.
Aiman tampak tak yakin dengan ketegasan Risma.
Ia pun kembali bertanya.
"Ibu yakin dengan apa yang Ibu katakan?" tanya Aiman.
"Iya. Yakin," ucap Risma sungguh-sungguh.
Di akhir perbincangan, Aiman menanyakan apa yang ingin Wali Kota Surabaya itu capai dalam kehidupan pribadianya.
"Saya berharap, saya bisa berarti untuk orang lain dalam jabatan apa pun," tutup Risma.