Bagi yang sudah membaca novel Bumi Manusia tentu tahu inti dari karya sastra yang ditulis Pramoedya Ananta Toer dari balik jeruji besi itu.
Banyak nilai tentang menghargai seseorang tanpa memandang ras dan warna kulit.
“Lebih dari sekedar nilai fisik, film ini ada sebuah value untuk belajar menghargai sesama. Tanpa melihat ras dan warna kulit,” ujar Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Ine Febryanti dianggap beberapa orang yang sudah mengikuti special screening film Bumi Manusi, berhasil memerankan sosok Nyai Ontosoroh.
Dalam film tersebut, Nyai Ontosoroh digambarkan sebagai sosok yang tegar dan berani melawan ketidakadilan.
“Kunci film ini ada di sosok Nyai Ontosoroh,” ujar Anto Hoed.
Hingga akhir film, emosi para penonton dibuat naik turun.
Meski dihujani pujian, film Bumi Manusia tak lepas dari kritikan.
Soal Ulangan Sumatif Bahasa Indonesia Kelas 8 SMP Semester 1 Kurikulum Merdeka Lengkap Kunci Jawaban
Latihan Soal & Jawaban PKN Kelas 1 SD Bab 2 Semester 1 Kurikulum Merdeka, Aku Anak yang Patuh Aturan
Baca: Mawar de Jongh Emosi Didorong Hanung Bramantyo Saat Syuting Film Bumi Manusia
Secara jalannya cerita, film yang berdurasi tiga jam itu tak begitu membosankan. Hanya saja untuk ukuran film Indonesia, cukup terasa film tersebut berdurasi 3 jam.
Mengambil latar waktu di akhir tahun 1800-an akhir, arsitektur dan setting tempatnya rasanya kurang menggambarkan.
Beberapa design bangunan terlihat kalau itu hanya sebuah bangunan semi permanen.
Kemistri Iqbaal Ramadhan (Minke) dan Annelies Mallemar (Mawar De Jongh) cukup bagus, meski dalam beberapa kesempatan keduanya terlihat agak kaku.
Terlepas dari semua itu, Indonesia patut bangga di antara film bertemakan roman picisan. Hadir sebuah film yang berangkat dari sebuah karya sastra serta memberikan banyak pembelejaran.
Jangan lupa mulai 15 Agustus 2019, film Bumi Manusia produksi Falcon Picture sudah mulai tayang di bioskop Indonesia.