TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Malaysia akan mengirim nota diplomatik kepada pemerintah Indonesia.
Nota diplomatik tersebut berisi desakan kepada pemerintah Indonesia untuk segera mengambil aksi dalam kebakaran lahan yang menimbulkan kabut asap sampai ke wilayah Malaysia.
Seperti dikutip dari The Star, Jumat (6/9/2019), rencana tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Energi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Lingkungan dan Perubahan Iklim Malaysia Isnaraissah Munirah Majilis.
Isnaraissah menuturkan dalam nota diplomatik tersebut pemerintah Malaysia meminta pemerintah Indonesia mencegah kebakaran lahan tidak terjadi lagi.
"Nota diplomatik ini akan segera dikirimkan. Kami sedang dalam tahap akhir penyusunan draf," ujar Isnaraissah di Kuching, Malaysia, Jumat (6/9/2019).
Isnaraissah mengklaim kabut asap yang menyelimuti wilayah Malaysia dalam beberapa waktu terakhir adalah kabut asap lintas batas.
Baca: Sebelum Meninggal Rayya Dirawat 2 Hari di Rumah Sakit
Seperti dikutip dari The Star, saat ini terdeteksi ada 17 titik panas di Malaysia.
Sebanyak 12 titik panas terdapat di Sarawak, dua di Johor, dua di Pahang dan satu di Perak.
Indeks polutan udara (API) beberapa daerah di Sarawak bahkan mencatatkan level antara 101 dan 200 sejak Jumat pagi.
Pada siang hari, indeks polutan udara di Sri Aman mencapai 176, Miri 142, Kuching 140, Samarahan 132, Sibu 124, Sarikei 115 dan Mukah 102.
Isnaraissah memaparkan berdasarkan laporan Pusat Meteorologi Khusus ASEAN pada Kamis (5/9/2019) waktu setempat, citra-citra satelit mendeteksi sebanyak 1.393 titik api berada di wilayah Indonesia.
Jumlah itu terdiri atas 306 titik api di wilayah Sumatera dan 1.087 titik api di wilayah Kalimantan.
Isnaraissah mengatakan Malaysia akan terus bekerja sama dengan negara-negara tetangga, terutama Indonesia, untuk mengatasi kabut asap lintas batas.
Baca: Reaksi Teuku Rasya saat Raffi Ahmad Tanya Kemungkinan Tamara Bleszynski Dekat dengan Vicky Prasetyo
Dia menuturkan pada pertemuan komite kerja tingkat sub-regional pada 6 Agustus 2019 lalu, Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, Singapura dan Thailand berjanji untuk bekerja sama mengatasi kabut asap.
Dia mengatakan sejauh ini Malaysia belum menerima permintaan dari Indonesia untuk membantu mengatasi kebakaran lahan di sana.
"Semoga melalui tindakan kami mengirimkan nota diplomatik dan kerja sama dari semua negara yang terlibat, situasi ini bisa diatasi," kata Isnaraissah.
Jarak Pandang 50 Meter
Kabut asap akibat kebakaran lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, semakin parah. Di Sampit, aktivitas warga terganggu akibat kabut asap.
"Pagi ini jarak pandang di sekitar Bandara H Asan hanya 50 meter," ujar Kepala Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Haji Asan Sampit Nur Setiawan di Sampit, Jumat (6/9/2019).
Baca: Merasa Harga Dirinya Diinjak-injak, Elza Syarief Tak Akan Buka Pintu Maaf untuk Nikita dan Hotman
Kondisi kabut asap semakin parah pada pagi hari.
Di beberapa titik di dalam kota Sampit, jarak pandang hanya berkisar 10 hingga 20 meter.
Kawasan Sungai Mentaya juga diliputi asap tebal. Kawasan di seberang sungai bahkan tidak terlihat.
Mayoritas warga mengenakan masker saat beraktivitas.
Untuk mencegah kecelakaan lalu lintas, pengendara menyalakan lampu kendaraan dan mengurangi kecepatan.
Hal ini juga berlaku bagi pengendara di sungai karena jarak pandang hanya 30 meter.
Sekolah Dasar Negeri 3 Mentawa Baru Hulu meminta para muridnya untuk mengenakan masker.
Pihak sekolah juga mengimbau para siswa untuk tidak berada di luar ruangan untuk mengurangi dampak buruk akibat kabut asap.
Baca: Jokowi Diminta Berkantor di Papua, Ngabalin: Nggak Usah Ngajarin, Presiden Sudah Ngerti lah
"Kemungkinan ini agak lama karena di sekitar Kota Sampit banyak hot spot, juga di wilayah selatan yang menimbulkan asap dan bergerak ke arah barat laut hingga utara," ujar Nur Setiawan.
Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi menginstruksikan semua camat, lurah dan kepala desa untuk memaksimalkan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan Dia juga memohon kepada masyarakat untuk tidak membakar lahan.
"Dampaknya sudah sangat menganggu masyarakat luas. Mulai dari kesehatan, pendidikan dan aktivitas perekonomian," katanya. (Tribun Network/deo/ant)