News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polemik PNS Bercadar

Boni Hargens: Istilah Manipulator Agama Untuk Jaga Stabilitas Politik, Tapi . . .

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens saat diskusi bertajuk 'Radikalisme atau Manipulasi Agama?' di kawasan Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (4/11/2019).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menyambut baik peryataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta agar istilah radikalisme diganti dengan manipulator agama.

Menurut Boni, peryataan Presiden Jokowi itu untuk menjaga stabilitas politik pascaPilpres 2019 lalu.

Hal itu disampaikan Boni saat diskusi bertajuk 'Radikalisme atau Manipulasi Agama?' di kawasan Setiabudi, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (4/11/2019).

"Saya menyetujui istilah Presiden untuk melunakkan istilah tersebut untuk menjaga stabilitas atau ekosistem politik," kata Boni.

Meski demikian, Boni menyebut, istilah yang disampaikan Presiden Jokowi sebenarnya untuk mengurangi sedikit tensi politik, tetapi memunculkan efek ganda.

Baca: Bahas Radikalisme, Mahfud MD Bongkar Percakapan dengan Jokowi, Presiden Usulkan Hal Ini Padanya

Karena, radikalisme itu fakta yang tidak bisa disederhanakan dengan mengganti istilah saja.

"Radikalisme itu sendiri istilah yang netral dan luas dari kelompok kiri atau kanan, ada istilah radikalis. Kita bicara radikalisme agama, tidak pada doktrin atau ideologinya tetapi sebuah gerakan politik, untuk memperjuangkan cita-cita tertentu yang kemudian setelah kita kaji, berhadapan dengan Pancasila dan haluan kebangsaan kita," ucap Boni.

"Manipulasi agama, menurut saya bagian dari modus operandi cara kerja dari kelompok radikalisme agama," jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajarannya melakukan upaya serius untuk mencegah meluasnya gerakan yang kerap disebut radikalisme. Menurutnya, perlu pula membuat istilah baru guna mencegah penyebaran radikalisme dengan menerapkan label 'manipulator agama'.

Hal itu Jokowi sampaikan saat membuka rapat terbatas dengan topik Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, di Kantor Presiden, Kamis (31/10/2019).

"Harus ada upaya yang serius untuk mencegah meluasnya, dengan apa yang sekarang ini banyak disebut yaitu mengenai radikalisme," kata Jokowi.

Baca: Wamenag: Tak Ada Satupun Kelompok yang Menolak Gerakan untuk Menyangkal Radikalisme

Jokowi lantas melempar wacana untuk merubah istilah gerakan radikalisme. Dia menyebut frasa 'manipulator agama' mungkin bisa menjadi pengganti dari 'gerakan radikalisme'.

"Atau mungkin enggak tahu, apakah ada istilah lain yang bisa kita gunakan, misalnya manipulator agama," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini