TRIBUNNEWS.COM, SALATIGA - Tak pernah terbayang dalam benak Sumartini (38) kedua anaknya lahir dalam keadaan difabel.
Bersama suaminya, Nur Ikhsan (36), mereka berjuang membesarkan Nabilla Nur Najwa (8) dan Andik Setiawan (3) yang memiliki keterbatasan fisik. Warga Jalan Tanggulayu RT 008 RW 003 Gendongan, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, ini hanya bisa menerima keadaan sembari berjuang agar anak-anaknya bisa mandiri.
"Kondisinya memang begini, tapi sebulan sekali terapi di RSUD Salatiga. Sekarang sudah ada perkembangan," kata Nur Ikhsan, Selasa (5/11/2019).
Sumartini mengungkapkan, kondisi yang dialami Nabilla berawal saat usia kandungannya tujuh bulan.
Dia yang bekerja di pabrik plastik terjatuh. Sesampainya di rumah, perutnya mengalami kontraksi dan setelah diperiksakan, ternyata bayinya mengalami keracunan.
"Bayi harus dikeluarkan, kalau tidak meninggal. Akhirnya operasi dan Nabilla lahir," kisah dia.
Seiring berjalan waktu, Nabilla mengalami ketertinggalan dibanding anak seusianya.
Dia tidak bisa berjalan dan susah komunikasi.
"Beberapa tahun hanya di kasur saja. Namun, sekarang setelah ada adiknya, dia mulai aktif. Jalan bisa tapi rambatan, kalau ada orang yang baru dilihat juga senang," terang Sumartini.
Bocah kecil itu didiagnosa mengalami pengecilan otak.
Sumartini beberapa kali berupaya menyekolahkan Nabilla ke SLB.
Namun, setelah menjalani masa percobaan, Nabilla dianggap tidak bisa berkomunikasi dan menangkap materi yang diberikan.
Sementara, adik Nabilla, Andik Setiawan, dilahirkan setelah melebihi masa kandungan 9 bulan 10 hari.
"Malah hampir 10 bulan itu, akhirnya ditarik sedot. Tapi kaki kanannya ketinggalan, jadi agak beda saat menapak," kata Sumartini.
Di usianya yang tiga tahun, Andik menggunakan lutut untuk menopang badannya. Dia juga tak lancar berbicara.
Sumartini mengaku sempat mengalami perudungan.
"Kondisi bayi kan yang bawa ibu. Dikatakan tak bisa menjaga dan lain-lain. Tapi saya tidak menghiraukan, terpenting saya merawat anak-anak," kata dia.
Dia berharap anak-anaknya dapat mandiri dan bersekolah. Dalam waktu dekat, rencananya mereka akan diikutkan program Piwulang Becik, agar bisa terapi sekaligus bermain.
Sumartini yang tinggal di rumah peninggalan orangtuanya ini mengaku sempat bekerja di kafe.
"Ya Nabilla saya ajak, naik motor saya gendong saya sambil belanja. Kalau sekarang, hanya bapaknya yang kerja serabutan di proyek," ungkap dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ketabahan Sumartini Membesarkan Dua Anaknya yang Difabel
Penulis : Kontributor Ungaran, Dian Ade Permana