Laporan wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pegiat antiradikalisme, Haidar Alwi, meminta pemerintah untuk tidak memandang enteng kasus radikalisme di Indonesia.
Menurutnya, kasus RMN (24) meledakkan diri di Polrestabes Medan, Rabu (13/11) kemarin, tidak boleh dilihat dari sisi tindak terorismenya saja.
Haidar menjelaskan yang menjadi dorongan RMN melakukan tindakan tersebut ialah sifat ekstrem yang memang telah mengakar dalam diri si pelaku.
Sifat ekstrem tersebut, pungkasnya, buah dari sifat intoleran yang berkembang dan melahirkan banyak manusia radikal di Indonesia.
"Jadi jangan dianggap sepele bahwa yang meledakan diri hanya "bom-boman" dan yang meledakkan diri cuma satu orang, tidak ada korban, jangan dilihat begitu," katanya dalam diskusi Forum Jurnalis Merah Putih, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (14/11/2019).
"Yang dilihat itu sifat ekstremnya. Fakta kalau di negara ini masih ada orang yang bersifat ekstrem, berani meledakkan diri, jangan dikira ini cuman satu. Tipikal orang begini di Indonesia banyak dari mana lahirnya? dari sifat intoleran," tambah Haidar.
Pegiat anti-radikalisme itu mengatakan, begitu seseorang tidak toleran, dia sudah menjadi radikal.
Menurutnya ketika seseorang telah mencapai tahap ini, besar kemungkinan bagi mereka menjadi teroris yang siap meledakkan diri, mati syahid dan lain sebagainya.
"Diprovokasi sedikit saja dia jadi radikal. Bahaya radikalisme itu bukan sifat meledakkan diri menjadi teroris, bukan, tapi bahaya sikap radikalisme mereka itu membuat mereka kemungkinan untuk naik pangkat menjadi teroris," ujar Haidar.
Kemudian dia meminta agar pemerintah tidak menilai ini sebagai persoalan tindak terorisme semata.
Menurutnya dalam pengentasan masalah radikalisme di Indonesia, pemerintah harus lebih selektif dan lebih bersinergi dengan masyarakat.
Tak lupa, Haidar juga meminta agar aparat keamanan lebih mawas diri agar hal serupa tidak terulang kembali.
"Pemerintah harus lebih selektif dan harus lebih sinergis dengan rakyat. Aparat juga harus mawas diri supaya hal ini tidak terjadi lagi," ujar Haidar Alwi.