TRIBUNNEWS.COM - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok disebut akan bergabung dengan suatu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Kabar masuknya Ahok dalam BUMN menyebar setelah eks Bupati Belitung Timur ini mendatangi Kementerian BUMN dan bertemu Menteri BUMN, Erick Thohir, Rabu (13/11/2019).
Meski menuai pro dan kontra, namun Menteri BUMN, Erick Thohir menilai masuknya Ahok supaya jadi pendobrak di BUMN.
Satu di antara pihak yang kontra adalah serikat pekerja di pertamina.
Peneliti Alpa Research Database, Ferdy Hasiman berujar protesnya mereka termasuk hal yang masuk akal.
"Saya kira penolakan dari serikat pekerja itu resistensinya masuk akal karena memang selama ini pertamina sangat nyaman dengan struktur organisasi seperti itu," ujarnya yang dikutip dari Youtube Kompas TV.
Ferdy menjelaskan jika struktur organisasi di pertamina membuat proses pengambilan keputusan lambat.
"Struktur organisasi di pertamina tebal dan membuat proses pengambilan kebijakan sangat lambat," ujarnya.
Sementara itu, Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu setuju jika Pertamina butuh orang yang bisa memutus rantai mafia migas di Indonesia.
"Saya sangat setuju Pertamina butuh orang yang bisa memutus rantai mafia migas di Indonesia karena kita tahu mafia migas di Indonesia adalah orang-orang yang dekat dengan kekuasaan," tambahnya.
Said Didu juga menambahkan ia akan angkat jempol untuk Ahok jika dapat memumpaskan rantai mafia migas.
"Kalau Ahok bisa melakukan itu, saya akan angkat jempol, mafia migas itu bukan orang biasa, ia dekat dengan kekuasaan," ujarnya.
Mereka pun memberi komentar terkait jabatan yang paling tepat untuk Ahok.
Ferdy Hasiman menegaskan jika posisi Ahok lebih pas ditempatkan sebagai direktur utama.
"Posisi Ahok yang paling pas itu Direktur Utama Pertamina, kalo direktur dia lebih bertenaga, kalau posisi komisaris dia hanya bertugas mengawasi dan melototi seluruh anggaran kerja Pertamina," ujarnya melalui Youtube Kompas TV.
Ferdy menambahkan jika ditempatkan sebagai direktur utama, kerja Ahok akan lebih maksimal.
"Kalau di direktur, kerja Pak Ahok akan lebih dimaksimalkan untuk bisa membantu banyak pekerjaan pak Jokowi dan pak Erick Thohir ke depan," tuturnya.
Terkait dengan profil dan karakter Ahok yang kontroversional, Ferdy mengaku tidak berpengaruh.
"Saya kira tidak ada aturan yang dilanggar dari proses penyeleksian Pak Ahok ya, prosesnya sangat transparan sekali, semua orang bisa berbeda pendapat,"
"Saya kira karakter Pak Ahok sangat oke bila ditempatkan dalam pertamina, memang kita membutuhkan pak ahok untuk menempatkan posisi itu," tuturnya.
Menurut Ferdy, karakter Ahok yang garang cocok ditempatkan dalam direktur pertamina.
"Direktur pertamina itu harus benar-benar garang, kita sedang membangun benteng pertahanan yang tangguh di DKI jakarta untuk menjaga dan melindungi keuangan negara,"
Dilain sisi, Said Didu membeberkan perbedaan tugas antara komisaris dengan direktur.
"Tugasnya komisaris adalah memberikan arahan dan kebijakan terhadap pengelolaan perusahaan dan melakukan pengawasan terhadap direksi dan mewakili arahan pemegang saham terhadap pengelolaan perusahaan," jawab Said Didu dalam kesempatan yang sama.
Sedangkan tugas direksi atau direktur adalah melakukan pengelolaan perusahaan ke dalam dan keluar dalam proses pengambilan keputusan untuk eksekusi terhadap rencana kerja anggaran perusahaan.
Mengenai karakter Ahok, Said mengungkapkan mempunyai integritas yang baik tetapi sifatnya kontroversional.
"Karakter Ahok yang publik tahu dia punya integritas yang bagus, tapi itu kontroversional, karena selama menjabat ada juga berbagai kasus yang terjadi, masih kontroversional, mudah-mudahan benar dia bisa melakukan pembersihan," ujarnya.
Dalam pendapatnya, Said merasa jika posisi Ahok kurang cocok ditempatkan sebagai direksi.
Alasannya adalah Ahok dirasa selalu merasa paling benar, padahal dalam bisnis ada istilah 'take and give' dan itu harus bekerja sama dengan baik.
"Perusahan itu harus diolah dengan tenang, supaya pasar memberikan reaksi yang positif," ujarnya.
Menurutnya jika posisi Ahok sebagai direksi, akan ditakutkan pemegang saham merasa kurang nyaman bernegosiasi.
"Yang paling bermasalah adalah mewakili perusahaan kedalam dan keluar, dan mewakili perusahaan keluar diperlukan orang yang baik, bijak, sehingga kita merasa nyaman bernegosiasi, dan memberikan pendapat secara bebas," tuturnya.
Tanggapan Ferdy dan Said Didu bertolak belakang mengenai penetapan posisi yang tepat untuk Ahok.
Ferdy menilai jika Ahok ditempatkan sebagai direktur, beliau bisa membawa model kerja transparansi ke pertamina.
"Pak Ahok bisa membawa model kerja di DKI Jakarta ke pertamina, jadi transparasi itu menjadi poin penting dari Pak Ahok," ujarnya.
Ferdy menambahkan jika di pertamina banyak proses transaksi yang dilakukan secara 'backdoor deal'.
"Karena di pertamina banyak sekali proses-proses yang dilakukan dalam ruang gelap, Pak Ahok ini tidak suka dalam transaksi backdoor deal, jadi Ia ingin seluruh transaksi yang terkait dengan keuangan negara, kepentingan publik harus diatas meja," ujar Ferdy.
(Tribunnews.com/Maliana)