Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP Partai Gerindra Hendarsam Marantoko mengatakan gaji Rp 51 juta untuk staf khusus presiden tak seberapa jika dibandingkan dengan tatapan besar visi-misi Presiden Jokowi.
"Gaji Rp51 juta tidak signifikan juga dibanding untuk visi misi presiden ke depan," kata Hendarsam dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (23/11/2019).
Menurutnya, Jokowi sengaja mengisi staf khusus presiden dengan kalangan milenial karena ada tujuan khusus yang mau diubah.
Tujuan tersebut yakni menghilangkan sebuah dogma bahwa anak muda harus jadi pegawai negeri sipil (PNS).
Baca: PKS Tak Menyoal Gaji Stafsus Milenial Rp51 Juta, Asal Buktikan Kinerja
Baca: Refly Harun: Kalau Keinginannya Agar Jokowi Terpilih Kembali pada 2024, Itu Berlebihan
Baca: Gaji Tinggi Stafsus Milenial Jadi Sorotan, Nasdem Bandingkan Dengan Gaji Stafsus Sekelas Menteri
Presiden Jokowi ingin mengikis dogma itu, dengan cara memasukkan anak-anak muda yang sukses dibidangnya masing-masing.
Mengingat tujuh stafsus presiden yang berasal dari milenial sebagian besar punya jabatan CEO dan pendiri perusahaan.
Hal ini juga bertalian dengan tantangan global ekonomi yang menanti di masa depan.
Baca: 7 Staf Khusus Milenial Jokowi Dikabarkan Digaji Rp 51 Juta dan Tak Perlu Kerja Penuh di Istana
"Ini juga ada tujuan khusus presiden menunjuk milenial ini. Banyak personil yang bergerak di bidang UMKM, dogma anak muda harus jadi PNS juga akan terkikis. Ini berkolerasi langsung dengan tantangan global ekonomi ke depannya," tegas dia.
Sementara untuk sisi politik, Jokowi membuktikannya dengan merangkul anak muda Papua bernama Gracia Billy Mambrasar (31) peraih beasiswa di Universitas Oxford, Inggris.
"Dari sisi politik juga seperti itu ada keterwakikan anak muda Papua. Ini kan bisa jadi jembatan," pungkasnya.