TRIBUNNEWS.COM - Gracia Billy Yosaphat Mambrasar menceritakan jika ia membutuhkan waktu satu minggu untuk mengambil keputusan untuk menjadi Staf Khusus Presiden
Hal tersebut diungkapkan Gracia Billy dalam video yang diunggah di kanal YouTube Kompas TV, Sabtu (23/11/2019).
Gracia Billy bercerita momen di bulan Juni lalu saat diminta untuk bertemu dengan Menteri Sekretaris Negara, Pratikno.
Selain itu, Gracia Billy juga bertemu dengan beberapa orang termasuk dengan Presiden Jokowi.
Ia menjelaskan ketika itu berdiskusi membahas mengenai pembangunan.
"Saya melalui proses screening yang saya tidak 'realize' kalau itu proses screening," terang Gracia Billy.
"Dari bulan Juni saya dipanggil, bertemu dengan Pak Pratikno, bertemu dengan beberapa orang, bertemu dengan Pak Presiden juga, berdiskusi untuk memberikan masukan tentang berbagi isu dalam pembangunan."
"Dan tentunya saya hanya menjawab dalam kapasitas apa yang telah saya kerjakan selama sembilan tahun ke belakang."
Dalam jangka waktu dari bulan Juni hingga November, Gracia Billy telah melakukan beberapa kali diskusi.
Satu di antaraya, berdiskusi dengan para profesor dan doktor Indonesia yang tersebar di seluruh dunia dan bertempat di kediaman Pratikno.
Ketika itu, Gracia Billy berdiskusi mengenai reformasi di bidang pendidikan tinggi.
Gracia Billy menjelaskan dalam diskusi tersebut ia menggambarkan bagaimana wirausaha dengan memanfaatkan teknologi dapat mendorong perkembangan.
"Beberapa kali diskusi, pernah saya juga diundang ke kediaman Bapak Pratikno bertemu dengan diaspora Indonesia sedunia. Profesor dan doktor berkumpul kita berdiskusi tentang reformasi pendidikan tinggi," tutur Gracia Billy.
"Dan saya memportray bagaimana techno-prenership itu bisa men-drive development. Seperti itu, tanpa tahu itu merupakan part of screening," imbuhnya.
Kemudian pihak Kementerian Sekretaris Negara (Kemensesneg) menelpon Gracia Billy dan meminta bertemu.
Kemudian ketika berkumpul, Gracia Billy bertemu dengan calon staf khusus presiden yang lain.
Setelah diskusi selesai, langsung ditawarkan untuk menjadi staf khusus.
Gracia Billy kaget ketika itu, kemudian ia menjawab untuk berpikir terlebih dahulu sebelum membuat keputusan tersebut.
Ia menceritakan seluruh temannya itu juga mengatakan hal yang sama padahal tidak ada perjanjian sebelumnya.
"Dari Kemensesneg menelpon, kemudian kami dikumpulkan. Boleh bertemu ada hal penting yang belum dibicarakan," cerita Gracia Billy.
"Lalu berkumpulah di sana dan saya bertemu dengan yang lain, sebenarnya kita sudah saling mengenal."
"Setelah itu diskusi-diskusi dan langsung dibilang anda ditawarkan untuk menjadi staf khusus."
"Kaget. Jawaban kami semua kompak sama-sama walaupun kami tidak janjian adalah "pikir-pikir dulu pak"."
Gracia Billy mengatakan membutuhkan waktu satu minggu untuk membuat keputusan tersebut.
Ia menyebutkan masih memiliki tanggung jawab yang besar terhadap apa yang sedang dikerjakannya.
"Saya butuh waktu satu minggu pikir-pikir dulu. Saya punya tanggung jawab besar, saya punya social-entrepreneurship movement di Papua," terang Gracia Billy.
"1100 anak didik, 1508 relawan yang harus saya kelola, saya banyak membantu advice dan kontrak-kontrak yang sedang saya kerjakan."
"Misalnya saya sedang membantu penyusunan green investment blueprint untuk Papua, saya sedang membantu beberapa pemerintah daerah dalam menyusun pariwisata dan tourism sistemnya."
Gracia Billy mengatakan Presiden Jokowi memberikan tiga pesan ke pada staf khususnya yang berasal dari generasi milenial ini.
Pertama, Gracia Billy dan teman-temannya diharuskan membuat inovasi yang nyata yang dapat diimplementasikan pada pemerintahan dan birokrasi Kabinet Indonesia Maju.
Selanjutnya, adalah Presiden Jokowi menginginkan staf khususnya untuk memberikan gebrakan pada sistem yang telah ada.
Ke tiga, adalah staf khusus presiden diharuskan keluar dari kotak yang ada.
Jokowi menyampaikan pesan untuk tidak terlena dan jatuh dalam birokrasi yang sekarang ini. (*)
(Tribunnews.com/Febia Rosada Fitrianum)