Murid-muridpun tertawa dan berkata
“Kami tak suka daftar logaritma.
Taka da gunanya!”
“Kalian tak ingin maju?”
“Kemajuan bukan soal logaritma,
Namun adalah soal perundingan.”
“Jadi, apa yang kalian inginkan?”
“Kami tak ingin apa-apa.
Kami sudah punya semuanya.”
“Kalian ngacau!”
“Kami tak mengacau
Kami tak berpolitik
Kami merokok dengan santai
Seperti ayah-ayah kami di kantor mereka:
Santai, tanpa politik berunding dengan Cina
Berunding dengan Jepang
Mencipta suasana girang.
Dan di saat ada pemilu,
Kami membantu keamanan,
Meredakan partai-partai.”
Murid-murid tertawa
Mereka menguasai perundingan
Ahli lobbying
Paham akan gelagat
Pandai mengikuti keadaan
Mereka duduk di kantin,
Minum sitrun,
Menghindari ulangan sejarah.
Mereka tertidur di bangku kelas,
Yang telah mereka bayar sama mahal
Seperti sewa kamar hotel.
Sekolah adalah pergaulan,
Yang ditentukan oleh mode.
Yang dijiwai oleh impian kemajuan menurut iklan.
Dan bila ibu guru berkata:
“Keluarkan daftar logaritma!”
Murid-muridpun tertawa
Dan di dalam suasana persahabatan,
Mereka mengomel ibu guru mereka.
PUISI GURUKU PAHLAWANKU
Dialah pahlawan pengetahuan juga ilmu
Dia pahlawan yang tak kenal kata lelah
Pahlawan dengan beribu cobaan
Kedisiplinan, ketelatenan, pun kesabaran
Dia kan sedih kala murid tertinggal ilmu
Dia kan resah kala murid tak datang ke sekolah
Dia bisa bahagia di tengah tawa sang murid
Dia pun bisa lupa segala kala murid belajar nan aantusiasnya
Ucapan jail sang murid
Menjadi hiburan baginya
Keberhasilan anak didik
Adalah bahagianya
Kalaupun anak didik sudah pergi
Itu tetap anak didiknya
Karna itu, tak ada kata mantan guru bagi murid
Apalagi bekas guru, sama sekali tak patut
(Tribunnews.com/Lanny Latifah)