"Hanya ada penumpang sebanyak 22, sesuai dengan passenger list yang dilaporkan dan 10 awak kabin, jadi total ada 32 orang yang berada di dalam pesawat tersebut."
"Kemudian di dalam cargo manifest, memang diberitahukan cargo nil," ujar dia.
Tim bea cukai terus melakukan pemeriksaan hingga ke bagian lambung pesawat.
Kemudian ditemukan 20 koper dan 18 kotak coklat.
Tim Syarif melakukan pemeriksaan secara acak terhadap 20 koper tersebut, enam di antaranya diperiksa dan tidak menemukan apapun.
Koper tersebut hanya berisikan keperluan perjalanan seperti biasa.
Selanjutnya 18 kotak coklat yang ditemukan, 15 memiliki tanda kepemilikan atas nama SAS, sedangkan tiga lainnya dimiliki oleh LS.
"Kemudian kami lakukan pengecekan pada lambung pesawat, di dalam lambung pesawat kami menemukan ada koper-koper seperti biasa kurang lebih 20 koper, untuk keperluan travelling biasa dan ada 18 boks berwarna cokelat," terang Syarif.
"Terhadap barang tersebut, inilah yang menjadi masalah. Sebenarnya barang-barang ini ada tagnya, yang 15 atas nama SAS. Kemudian yang kedua atas nama LS, tiga boks."
"Intinya saat penumpang turun mereka tidak melaporkan apapun, apa yang mereka bawa. Dari 20 koper, kita cek enam secara random dan itu bersih tidak ada apa-apa. Sehingga selebihnya tidak kami periksa karena itu adalah manajemen resiko kami," tambahnya.
Tim bea cukai melakukan pemeriksaan terhadap kotak cokelat yang ditemukan di gudang mereka karena ukurannya yang cukup besar.
Setelah dibuka, ditemukan berbagai onderdil yang bukan termasuk dalam onderdil pesawat.
Tim bea cukai melihat ada beberapa kelengkapan seperti tangki bensin hingga ban motor yang diduga berbentuk menjadi sebuah motor.
Melihat hal tersebut, tim bea cukai menerka barang itu adalah CKD dari barang bekas.