News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

5 Teror Serangan Hewan yang Hebohkan Indonesia, dari Serangan Tomcat, Tawon Ndas, hingga Ular Kobra

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Ifa Nabila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tomcat, ulat bulu, dan ular kobra

TRIBUNNEWS.COM - Bulan November 2019 ini masyarakat di wilayah Kabupaten Klaten digegerkan dengan serangan tawon Vespa Affinis (tawon ndas).

Dari teror tawon ndas mengakibatkan sejumlah orang terluka, bahkan ada yang harus meregang nyawa.

Satu bulan berikutnya, masyarakat di beberapa wilayah, seperti Ciracas Jakarta Timur dan Jember Jawa Timur mendapat serangan dari puluhan anakan ular kobra.

Ular kobra sendiri merupakan satu contoh ular yang memiliki bisa tingkat tinggi.

Artinya, dengan satu gigitan saja, bisa mengancam nyawa manusia.

Dua contoh teror serangan hewan di atas merupakan contoh kecil dari teror-teror yang pernah terjadi dan membuat heboh.

Selengkapnya, berikut teror-teror serangan hewan yang menghebohkan Indonesia dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber.

Baca: Catat, Ini 12 Fenomena Langit Indonesia di Bulan Desember: Ada Hujan Meteor hingga Gerhana Matahari

1. Tomcat

Serangga Tomcat (SURYA/Rudi Mulya) (SURYA/Rudi Mulya)

Dirangkum dari pemberitaan Kompas.com pada 21 Maret 2012, serangan paederus fuscipes atau serangga tomcat sempat menghebohkan warga di beberapa daerah Indonesia.

Awalnya terjadi di Apartemen East Coast Surabaya, Selasa (13/3/2012).

Terhitung sejak tanggal tersebut, sudah seminggu tomcat menyerang.

Laporan serangan juga dijumpai di Situbondo dan daerah lain, meski tak bisa dikatakan bahwa tomcat sudah menyebar atau mewabah.

Tomcat merupakan serangga yang cukup beracun.

Serangga ini hidup di daerah yang lembab.

Serangga ini bisanya hidup di pepohonan, tambak dan semak-semak.

Racun yang terdapat pada serangga ini bisa menimbulkan efek cukup menyakitkan di kulit dan berbagai bagian tubuh manusia meskipun tidak sampai mematikan.

Outbreak atau wabah tomcat pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1990. Selain itu, outbreak serupa juga pernah terjadi di Australia, Srinlanka, India, dan Malaysia.

2. Ulat Bulu

Ulat bulu yang 'menyerang' rumah warga di Dusun Semambung, Desa Capang, Purwodadi, Kabupaten Pasuruan (surya/galih lintartika)

Pertengahan tahun 2019, masyarakat di wilayah Provinsi Jawa Timur mendapat serangan dari ulat bulu.

Dikutip dari pemberitaan Surya.co.id, 21 Juni 2019, Wabah ulat bulu menyerang permukiman warga di tiga desa di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, sejak dua bulan terakhir.

Ketiga desa itu adalah Desa Capang, Gajahrejo, dan Pucangsari.

Kondisi penyerangan hama ulat bulu yang paling parah ada di Dusun Semambung, Desa Capang.

Serangan ulat sampai masuk ke rumah, mulai dari atap, teras, tembok dan bagian-bagian lainnya.

Ini merupakan serangan ulat bulu yang paling parah dari serangan ulat bulu sebelumnya.

Ulat bulu ini memang tidak membahayakan.

Tidak membuat gatal atau alergi lainnya.

Tapi, bagi warga setempat keberadaan ulat bulu ini sangat meresahkan.

Baca: Hasil Arema vs Bali United, Kemenangan Singo Edan Diwarnai Tindakan Negatif Oknum Suporter

3. Tawon Ndas

Ratusan tawon ndas mati usai disemprot fum busa oleh petugas Dinas Pemadam Kebakaran Solo, Jumat (17/11/2017) malam. TRIBUNSOLO.COM/CHRYSNHA PRADIPHA (Tribunsolo.com/Chrysnha Pradipha)

Menggegerkan masyarakat wilayah Jawa Tengah seperti Klaten, Kudus, Sukoharjo, Solo, Pemalang, Brebes dan Tegal.

Di Sukoharjo, sejak Januari hingga November 2019, 400 sarang tawon ndas bahkan telah dimusnahkan.

Tak hanya Jawa Tengah, kasus tawon ndas juga menghantui wilayah Jawa Timur, yakni di Kediri, dan Tuban.

Tawon ini juga muncul di wilayah Bekasi, Jawa Barat.

Selain di Pulau Jawa, tawon ndas juga muncul di Sinjai Borong, Sulawesi Selatan.

Serangan tawon ndas jangan dianggap remeh, jika salah penangan, nyawa bisa menjadi taruhannya.

Contohnya serangan tawon ndas di Klaten, dikutip dari dinkesjatengprov.go.id, sejak 2016 Pemkab Klaten mencatat laporan sarang tawon ndas sebanyak 667 kasus.

Sebanyak 10 orang tewas akibat sengatan tawon itu.

Pada tahun 2019 tercatat di Klaten jumlah kasus serangan 13 dengan jumlah kematian 2 orang di Kecamatan Wonosari dan Wedi.

Sementara di Pemalang, telah 9 korban meninggal sejak 2018.

 4. Harimau

Teror Harimau di Pagaralam (SRIWIJAYA POST)

Dikutip dari Kompas.com, kemunculan harimau Sumatera di permukiman warga Aceh diduga dipicu kerusakan hutan yakni adanya alih fungsi lahan dan penebangan hutan.

Selain itu, binatang ini juga memilih memangsa ternak warga lantaran perburuan rusa marak terjadi.

Tak hanya di Aceh, sepanjang November-Desember 2019, dalam satu bulan ada lima korban diterkam harimau di Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan.

Dari peristiwa itu, 3 warga yang merupakan petani meninggal dunia.

Selain di Aceh, munculnya harimau di area pemukiman di kawasan Pagaralam diperkirakan akibat habitatnya yang terganggu.

Baca: Heboh Kabar Ari Askhara Anggota Badan Intelijen Negara, Jubir BIN Sebut Itu Hoaks

5. Ular Kobra

Warga Perumahan Royal Citayam Residen, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor dibuat geger dengan ditemukannya puluhan anak ular kobra. TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy (TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy)

Teror ular kobra tengah terjadi di sejumlah daerah.

Ular kobra yang jumlahnya bahkan ada yang mencapai puluhan, membuat warga resah.

Seperti yang terjadi di Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Akibat adanya anakan kobra di lingkungannya, satu keluarga terpaksa mengungsi.

Di Jember, puluhan anakan kobra juga meneror warga Sukorambi, Jawa Timur pada Jumat (6/12/2019).

Tak hanya di Jember, warga Ciracas, Jakarta Timur, juga dihebohkan dengan keberadaan ular kobra.

Dikutip dari laman Kompas.com, pakar Toksonologi dan bisa ular Dr dr Tri Maharani, M.Si SP, mengatakan, bisa ular kobra dominan mengandung mycrotoxin, cardiotoxin, neurotoxin, dan cytotoxin.

"Paling banyak yang menyebabkan kematian di Indonesia karena (kandungan) cardiotoxin dan neurotoxin," ujar Tri.

Lamanya waktu hingga menimbulkan kematian ini tergantung dari banyaknya venom yang masuk ke dalam tubuh.

"Kalau banyak cardiotoxin dan neurotoxin-nya bisa cepat (meninggalnya), bisa beberapa menit sampai jam," kata Tri.

Jika kerusakan sel tidak diberikan antivenom, maka semua jaringan bisa rusak dan mati, seperti otot pembuluh darah syaraf dan sebagainya.

(*)

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(Surya.co.id/Galih Lintartika)(Kompas.com/Yunanto Wiji Utomo/Aji YK Putra/Gloria Setyvani Putri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini