TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) angkat bicara terkait wacana membuka keran ekspor benih lobster oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo.
Hal ini disampaikan Jokowi setelah meresmikan Tol Balikpapan-Samarinda pada Selasa (17/12/2019).
Jokowi menyebut, permasalahan terkait ekspor benih lobster harus mempertimbangkan dua faktor.
Yakni manfaat yang didapatkan oleh nelayan Indonesia, serta tetap menjaga lingkungan agar tidak rusak.
"Yang paling penting menurut saya negara mendapatkan manfaat, nelayan mendapatkan manfaat serta lingkungan tidak rusak," ujar Jokowi yang dilansir dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (17/12/2019).
"Nilai tambah ada di dalam negeri, ekspor dan tidak ekspor itu hitungannya dari situ," imbuhnya.
Jokowi mengingatkan pemerintah harus dapat menyeimbangkan kedua faktor tersebut.
Hal ini menjaga agar tidak pihak yang merasa dirugikan maupun diuntungkan.
"Kita tidak melihat dari lingkungan saja tapi juga nilai ekonominya juga dilihat. Tapi jangan melihat nilai ekonominya saja tapi lingkungan harus kita pelihara," tegasnya.
"Keseimbangan antara itu yang penting," ujar Jokowi.
Presiden RI ini juga mengimbau agar kementerian terkait dalam mengeluarkan kebijakan ekspor harus melalui pertimbangan yang matang.
Jangan sampai bertindak asal-salan karena yang terpenting adalah adanya nilai tambah untuk Indonesia.
"Jangan juga awur-awuran semuanya ditangkepin semuanya diekspor, itu juga tidak benar," ujar Jokowi.
Dalam mengkaji terkait wacana ekspor benih lobster ini, Jokowi turut melibatkan pakar-pakar untuk menemukan solusi yang terbaik.
"Saya kira pakar-pakarnya tahu bagaimana tetap menjaga lingkungan agar benih lobster itu tidak diselundupkan, tidak diekspor secara awur-awuran," imbuhnya.
"Tetapi juga nelayan mendapatkan manfaat dari sana, nilai tambah ada di negara kita," tambah Jokowi.
Susi menulis kritikan tersebut dalam media sosial Twitter @susipudjiastuti.
"Lobster yang bernilai ekonomi tinggi tidak boleh punah, hanya karena ketamakan kita untuk menjual bibitnya; dengan harga seperseratusnyapun tidak," tulis Susi.
"Astagfirulah .. karunia Tuhan tidak boleh kita kufur akan nikmat dr Nya," lanjut tulisannya.
Bahkan susi juga menuliskan harga lobster ukuran dewasa akan memiliki nilai tinggi dibanding dengan bibit lobster.
Bahkan nilai 1 backpack bibit lobster yang tumbuh menjadi dewasa dapat sampai semahal Harley Davidson.
"1 backpack bibit lobster +_ min 8000ekor Rpnya sama dg 2 harley= 60 Brompton, kalau bibit ini tidak diambil, di laut & jadi besar nilai jd min. 20 harley = 600 brompton, tidak usah kasih makan, Tuhan yg memelihara, manusia bersabar,menjaga pengambilannya.Tuhan lipatkan gandakan," cuitan Susi.
Kritikan Susi pun mendapatkan tanggapan dari Menteri KKP Edhy Prabowo.
Ia menyebut alasannya membuka lagi ekspor benih lobster untuk mengurangi penyelundupan komoditas tersebut.
"Kalau dibiarkan, nyatanya penyelundupan tetap berjalan. Makanya kita buka saja (ekspor) sehingga penyelundupan di Indonesia tidak punya nilai lagi," ujar Edhy yang dikutip dari Kompas.com.
Menurutnya adanya pencabutan kebijakan terhadap larangan ekspor benih lobster justru akan meningkatkan nilai tambah masyarakat yang hidupnya bergantung pada penjualan lobster.
"Daripada dijual melalui perantara, kenapa enggak langsung. Dengan siapa nanti dijual, apakah dengan koperasi atau ke siapa yang tahu," ungkap Edhy.
"Kemudian langsung ke negara penerima benih daripada lewat perantara lagi, penyelundupan lagi. Kenapa kami tidak fokus pada si pemilik benih ini agar punya harga yang lebih besar?" tambahnya. (*)
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma, Kompas.com/Muhammad Idris)