News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penghapusan Ujian Nasional

Tanggapi Revisi UN, Kemendikbud: Evaluasi Siswa Dilakukan Guru, Bukan Negara

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Plt Dirjen Dikdasmen Kemendikbud Totok Suprayitno memberikan tanggapan terkait pengganti Ujian Nasional (UN).

TRIBUNNEWS.COM - Plt Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Totok Suprayitno memberikan tanggapan terkait pengganti Ujian Nasional (UN).

Menurut Totok Suprayitno, sudah menjadi tanggung jawab tenaga pendidik serta sekolah untuk memberikan kelulusan.

Ia menegaskan, hasil evaluasi peserta didik dilakukan oleh guru dan Undang-undang.

"Undang-undang mengatakan, yang punya hak meluluskan adalah sekolah, atas dasar evaluasi terhadap siswa yang dilakukan guru, bukan negara," tutur Totok yang Tribunnews kutip melalui tayangan YouTube Mata Najwa, Rabu (18/12/2019).

Totok Suprayitno juga membantah tidak adanya tantangan dalam revisi UN.

Menurut dia, tantangan dunia pendidikan tidak hanya datang di UN atau pada tingkat nasional.

"Setiap hari, guru memberikan the right challenge (tantangan yang tepat) kepada setiap anak-anak," kata Totok.

"Karena, tantangan terlalu berat, (dikhawatirkan) stres. Tantangan terlalu ringan, (merasa) bosan," tuturnya.

Ia juga menegaskan, pemenuhan tantangan dengan porsi yang tepat merupakan tanggung jawab guru.

Sudewo: UN Dihapus Tidak Ada Tantangan

Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Fraksi Gerindra, Sudewo mengaku tidak setuju jika UN dihapus.

"Saya sependapat dengan Pak Jusuf Kalla, coba bayangkan kalau tidak ada UN, tidak ada tantangan bagi siswa," ujar Sudewo masih dari acara yang sama.

Sudewo menilai, jika UN dihapus akan membentuk karakter yang tidak bagus dan mentalnya menjadi lembek, serta tidak memiliki nilai juang.

"Siswa coba ditanya, mereka pasti suka ria kalau UN dihapus," ungkapnya.

"Jadi meskipun dia itu punya kekuatan fisik, tapi mental belum tentu," tambahnya.

lebih lanjut, Sudewo menjelaskan, dengan UN anak-anak dibentuk untuk memiliki daya juang dan semangat untuk belajar.

"Maka dengan UN inilah, anak-anak tersbeut bisa memiliki nilai juang, semangatnya tinggi, etos kerja, semangat untuk belajar, kedisiplinan, ada nilai-nilai karakter dengan UN tersebut," paparnya.

Tangkap Layar YouTube Mata Najwa Anggota Komisi X DPR Fraksi Gerindra Sudewo

Najwa Shihab lalu menyinggung soal anak-anak yang mengalami stres karena menghadapi UN.

"Menghadapi UN saja sudah pada stres, coba dibayangkan Indonesia ini harus menciptakan anak dengan daya saing yang tinggi," ujar Sudewo.

Sudewo menyatakan, anak -anak harus mampu bersaing secara global, tidak hanya dalam Indonesia.

"Jadi dalam proses dia belajar untuk menghadapi UN, itu juga proses membangun mental dia untuk mempunyai semangat saing dengan anak-anak ditingkat Internasional," ungkapnya.

Meskipun demikian, Sudewo mengatakan, pemerintah perlu merespons dan mengakomodir terkait kestresan anak-anak menghadapi UN.

"Bagaimana anak-anak dicarikan jalan keluar supaya anak ini tetap happy, punya semangat untuk belajar tetapi UN ini, tetap diperlakukan sebagai standar penilaian secara nasional," papar Sudewo.

(Tribunnew.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini