TRIBUNNEWS.COM - Nahdlatul Ulama memperingati Haul ke-19 Riyanto salah satu anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang meninggal karena menyelamatkan banyak nyawa ketika malam Misa Natal.
Ia meninggal pada malam tanggal 24 Desember 2000 bersamaan dengan malam Misa Natal.
Peristiwa tragis itu terjadi di depan Gedung Sidang Jemaat Pantekosta di Indonesia (GSJPDI) Eben Haezer, Mojokerto.
Riyanto terkena serpihan bom karena terlambat membuang bom yang dikemas dalam kantong plastik, ia menyelamatkan ratusan nyawa.
Umur Riyanto ketika itu baru 25 tahun tapi keberaniannya diacungi jempol.
Ia rela berkorban untuk orang banyak meski berbeda agama.
Bahkan Almarhum Gus Dur mengatakan jika Riyanto telah menunjukkann diri sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan, semoga dia mendapatkan imbalan sesuai pengorbanannya.
Hal ini diterlihat dari postingan akun Instagram resmi Nahdlatul Ulama @nuonline_id pada Selasa (24/12/2019).
BACA JUGA : Pelaku Persekusi Banser NU Minta Maaf dan Ngaku Khilaf, Janji Tak Ulangi Perbuatannya
Riyanto yang merupakan seorang anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, dianggap sebagai pahlawan.
Bagaimana tidak, meski bukan seorang polisi atau tentara, ia dengan sigap ikut menjaga keamanan di Gereja Eben Haezar Mojokerto.
Di tempat ia berjaga, misa pada Malam Natal tengah berjalan, tepatnya pada 24 Desember 2000 silam.
TribunSolo.com mengutip dari laman NU.or.id, saat itu, sekitar pukul 20.30 WIB, Riyanto mendapat kabar seseorang yang menemukan bungkusan hitam mencurigakan.
Tanpa ragu, ia membuka bungkusan dan mendapati rangkaian kabel yang memercikkan api.
Dari cerita yang diunggah oleh Sularno Menot tersebut, Riyanto sempat meneriakkan kata "tiarap" kepada jemaat gereja sambil berlari.
Bom kemudian dilempar oleh Riyanto ke tempat sampah namun terpental.
BACA JUGA : Kisah Kedekatan Mbah Moen dengan Gus Dur, Masuk Ansor hingga NU Jawa Tengah dan PBNU
Hingga akhirnya, Riyanto kembali mengambil bom dan mendekapnya untuk membawa lari lebih jauh.
Nahas, bom telanjur meledak dalam dekapannya.
Tubuhnya pun terpental hingga beberapa meter hingga anggota tubuhnya dalam kondisi menyedihkan.
Kuatnya ledakan juga merobohkan pagar beton gereja.
Nyawa Riyanto pun tak dapat diselamatkan meski ia menyelamatkan ratusan nyawa lainnya.
Saat insiden terjadi, Riyanto baru berusia 25 tahun.
Melansir dari sumber yang sama, aksi heroik Riyanto sempat ditanggapi oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
"Riyanto telah menunjukkan diri sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan. Semoga dia mendapatkan imbalan sesuai pengorbanannya," kata Gus Dur.
Istimewanya, Mantan Presiden RI ini juga sempat hadir dalam haul lima tahun wafatnya Riyanto.
Tidak hanya Gus Dur yang memberikan penghormatan kepada mendiang Riyanto. Sejumlah tokoh nasional juga hadir.
Kisah Riyanto juga sudah diangkat menjadi sebuah film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo.
Film berjudul Tanda Tanya ini dibintangi oleh Reza Rahadian, Revalina S Temat, Agus Kuncoro dan Rio Dewanto.
Selain film, nama Riyanto juga turut diabadikan sebagai nama jalan, di Prajurit Kulon, Kota Mojokerto.
Pemerintah Kota Mojokerto membangun gapura megah di Jalan Riyanto.
Kemudian, Riyanto juga mendapat gelar diberikan oleh Ketua Umum (Ketum) GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas bersama pengurus gereja pada haul ke-16 gugurnya Riyanto sebagai Pejuang Kerukunan Umat Beragama.
Sosok Riyanto diharapkan menjadi contoh masyarakat Indonesia tetap menjunjung tinggi pluralisme dan saling mengasihi antarumat beragama.(*)
(Tribunnews.com/Faisal Abdul M, TribunSolo.com/Noorchasanah A, NU.or.id/Sularno Menot)