TRIBUNNEWS.COM - Pakar ekspresi dan gestur Handoko Gani memberikan tanggapan soal pelaku penyerang Novel Baswedan yang menyebut Novel Baswedan sebagai pengkhianat.
Pihaknya menyebut teriakan 'pengkhianat' oleh pelaku tersebut ada unsur kesengajaan.
Handoko Gani melihat dari ekpresi tersangka RB saat melontarkan kata pengkhianat, terlihat dalam video.
"Kita semua harus jernih melihat ini. Artinya bahwa ekspresi wajah, gestur, suara dan ucapan itu bukan 100 persen asli."
"Tapi bisa saja sengaja disembunyikan," jelasnya, dilansir kanal YouTube
Indonesia Lawyers Club, Minggu (29/12/2019).
Dari hal tersebut, Handoko mengatakan tugas analis seperti dirinya dan kepolisian dalam mengungkap sesuatu yang benar atau tidak.
"Kalau kita lihat yang terjadi dalam video tersangka RB, mulai dari keluar pintu kaca sampai dengan dirangkul dan berbicara di depan media," ujar Handoko.
"Ini menjadi satu pertanyaan besar dengan ekspresi wajah yang seperti demikian dan gestur yang tidak menunjukkan rasa takut."
"Tiba-tiba bisa menyatakan Bang Novel pengkhianat," imbuhnya.
Handoko menilai hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah RB mengucapkan kata pengkhianat dengan sengaja karena pertemuan para awak media atau tidak sengaja karena luapan batin.
"Kalau saya perhatikan, untuk bisa seseorang menyiram dengan air keras harusnya ekspresi lebih dari itu,"
"Saya berasumsi bahwa hal ini bukan motivasi pribadi, tapi kalau bukan motivasi pribadi dan sengaja mengatakan pengkhianat, tentunya ini menjadi unik," kata Handoko.
Menurut Handoko, ketika kata pengkhianat diucapkan RB dan menjadi tugas penegak hukum untuk mencari informasi lebih terkait motif tersangka.
"Tentunya, penegak hukum harus menggali lebih dalam siapa yang disebut pengkhianat," tegasnya.
Dengan demikian, Handoko menyatakan asumsi yang terjadi saat ini bisa dikatakan unsur kesengajaan menyebut kata pengkhianat atau hanya luapan.
"Maka menjadi PR bagi kita semua untuk mengawal kasus ini," ungkapnya.
Tanggapan Anggota Kompolnas, Andre Pulungan
Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Andre Pulungan turut berkomentar soal tersangka penyerang Novel Baswedan yang menyebut pengkhianat kepada penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut.
Andre Pulungan beransumsi hal tersebut didasari oleh motif sakit hati.
Lebih lanjut, Andre menjelaskan latar belakang pelaku yang berasal dari Brimob serta memiliki rasa korps yang besar, memungkinkan adanya rasa sakit hati atas tindakan Novel Baswedan.
Mulanya Andre menjelaskan hingga kini belum ada kepastian yang jelas soal mengapa Novel Baswedan diserang dan disiram dengan air keras.
"Sampai hari ini diseluruh masyarakat masih beransumsi dilihat dari fakta bahwa yang bersangkutan meneriakan hal seperti itu (pengkhianat)," kata Andre Pulungan.
Menurutnya hal tersebut masih perlu ditelusuri lebih lanjut, untuk mengetahui kepada siapa persisnya sebutan pengkhianat tersebut ditujukan.
"Soal apakah itu pengkhianatnya seperti apa, apakah karena memang ditujukan kepada Pak Novel itu alasannya apa."
"Kita seharusnya menunggu dulu penyidikan," jelasnnya.
Kemudian, Andre merujuk pada empat temuan terkait kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan terungkap dari hasil investigasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
"Pertama, diserang karena pekerjaan. Kedua, penggunaan kekuasaan yang berlebih, Ketiga, pelaku sakit hati, Keempat, diduga terkait enam kasus hig profile," kata Andre.
Berdasarkan temuan tersebut, Andre menduga memang ada kemungkinan motif sakit hati atas penyerangan Novel Baswedan tersebut.
"Kalau lihat seperti itu hubungannya, mungkin juga karena bersangkutan sakit hati," ungkapnya.
Ia kemudian membahas latar belakang pelaku yang berasal dari anggota kepolisian.
"Kalau kita lihat dari sejarah penangkapannya, katanya penangkapan tersebut berkoordinasi dengan Kakor Brimob," ujar Andre.
Andre mengatakan fakta pelaku yang berasal dari anggota kepolisian semakin memperkuat dugaan motif dendam pribadi.
Ia beralasan anggota Polri memiliki rasa persatuan yang kuat antar sesama anggotanya.
Kemudian karena pelaku merasa Novel Baswedan telah mencemari institusi Polri, timbul dendam yang berujung pada penyiraman air keras tersebut.
"Artinya yang bersangkutan adalah salah satu anggota pasukan yang ada di Brimob, yang mempunyai rasa memiliki korps yang sangat besar, korps terhadap Polri yang sangat besar," kata Andre.
"Dan saya lihat bisa-bisa saja merasa mungkin ada institusinya disakiti dalam tanda petik."
"Kemudian dia berperilaku seperti itu," imbuhnya.
Namun Andre tidak ingin menyimpulkan, ia berharap agar publik tetap bersabar menunggu hasil akhir dari penggalian informasi yang sedang dilakukan oleh kepolisian.
"Akan tetapi kembali lagi, saya berharap agar semua pihak menunggu dulu rilisnya seperti apa," terangnya.
Andre juga meminta masyarakat agar tidak khawatir soal pengusutan kasus Novel Baswedan.
Ia menjelaskan bagaimana Polri sudah sangat kooperatif dan transparan saat menyebut bahwa pelaku penyerangan berasal dari anggota Polri aktif.
"Ini sinyal bahwa Polri transparan," ungkapnya.