Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data total kerugian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sepanjang tahun 2019.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatimnas) BNPB, Agus Wibowo menyatakan total kerugian Karhutla tahun 2019 mencapai Rp 75 triliun.
"Sepanjang tahun 2019 itu ada karhutla, tapi yang paling dominan saat musim kering dari Juni sampai November," ujar Agus Wibowo, Senin (30/12/2019) di Graha BNPB.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh BNPB, sekiranya total 766 kebakaran hutan terjadi di Indonesia selama tahun 2019 dan terdapat 195.332 titik panas di seluruh Indonesia.
Baca: Hujan Deras dan Sungai Tersumbat Kayu Sebabkan Banjir di Wasior
Kapusdatimnas BNPB itu mengatakan, berdasarkan luasan lahan, lewat data yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) totalnya mencapai 942.484 hektar.
"Dari luasnya dari data KLHK totalnya ada 940.485 hektar lahan yang terbakar. Jadi ada sekitar 269.000 hektarnya lahan gambut terbakar," ujar Agus Wibowo memaparkan.
Berdasarkan data tersebut, beberapa provinsi yang dinilai paling tinggi terjadi karhutla adalah Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalkmantan Selatan dan Sumatera Selatan.
Adapun sebaran titik panas diterangkan Kapusdatimnas BNPB terjadi di Kalimantan Tengah sebanyak 39000 titik panas dan Kalimantan Barat terdapat sebanyak 25000 titik panas
Sedangkan di wilayah Sumatera titik panas paling banyak terdapat di Sumatera Selatan sebanyak 25000 titik panas, lalu Jambi dan Riau yang masing-masing terdapat titik panas sebanyak 12000.
"Puncaknya di bulan September. Itulah paling panasnya. Titik panasnya juga paling banyak dari data-data yang kami kumpulkan," ujar Agus Wibowo.
Dalam konferensi pers akhir tahun, BNPB menyatakan hingga 27 Desember 2019 Indonesia mengalami 3.758 kejadian bencana.
Kedepannya BNPB masih akan terus berupaya mengantisipasi potensi kejadian bencana di tahun 2020 dengan berkoordinasi dan bersinergi dengan badan-badan yang terkait untuk penanggulangan bencana, termaksud karhutla.
"Pada tahun 2020 potensi kejadian bencana diperkirakan tetap tinggi berdasarkan informasi para ahli maupun institusi resmi Pemerintah, untuk itu diperlukan upaya untuk antisipasi kejadian bencana," ujarnya