TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Irwan Suhanto meminta masyarakat bijak dalam menyikapi setiap kejadian yang menjadi pusat perhatian.
Aktivis 98 ini mencontohkan, kasus yang menjerat I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Askhara hingga membuatnya dicopot sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia terkait kasus motor gede.
Menurutnya, Ari diserang dari sisi personal atau pribadi, misalnya masalah hobi motor gede (moge), isu perselingkuhan hingga memakai orang–orang dalam Garuda Indonesia membicarakan hal negatifnya.
"Padahal banyak hal positif yang dilakukan Ari Askhara sebelumnya, yang sangat baik dan publik tidak tahu," kata dalam keterangan tertulis, Kamis (2/1/2020).
Ia menyebut saat memimpin PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), Ari Askhara selalu membuat kebijakan yang berorientasi pada profit perusahaan.
Baca: Garuda Indonesia Pastikan Ketepatan Waktu 90 Persen Saat Libur Nataru
Baca: Bekas Dirut Garuda Indonesia Mengaku Khilaf
"Namun tetap memperhatikan kesejahteraan dan kenyamanan karyawannya," kata Irwan.
Ia mencontohkan Ari Askhara pernah menambah cuti hamil bagi karyawan perempuannya dari 3 bulan menjadi lima bulan dan membuat kebijakan jam kerja yang lebih humanis.
"Ia membuat peraturan berpakaian yang lebih sopan dan adanya remunerisasi karyawan. Ini adalah kebijakan yang baik bagi karyawan,” kata Irwan.
Agar kerja efektif dan efisien, ia menerapkan struktur di perbankan untuk diterapkan di pelabuhan di lingkungan Pelindo III secara besar-besaran.
Baca: Ini Rincian Dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang Emirsyah Satar
Baca: Ini Harga Harley Davidson Tunggangan Mantan Direktur Jiwasraya, Hary Prasetyo
Langkah efisiensi besar-besaran yang dilakukan Ari membuat keuntungan Pelindo III yang biasanya ratusan milyar naik mendekati Rp 2 triliun.
"Dia benahi semua, termasuk SDM yang tidak kompeten dia mutasi atau ganti. Dia terapkan GCG (Good Corporate Governance) secara efektif dan terarah ke produktifitas kerja di setiap lini perusahaan, sampai cucu perusahaan. Yang tidak siap, tidak akuntabel dia libas," katanya.
Sukses di Pelindo III, dia diminta membenahi Garuda yang terus merugi sehingga lebih garang lagi karena banyak pengeluaran yang nggak perlu dipangkas, efisiensi, perbaikan kinerja sampai hal terkecil termasuk catering.
Sikap dan mental pekerja keras dan tegas, namun tetap mengedepankan sisi humanis tersebut terus dia bawa hingga mempin maskapai penerbangan pelat merah, Garuda Indonesia.
Sayangnya, belum sempat bekerja secara maksimal untuk membawa Garuda Indonesia menjadi perusahaan yang profit dan berskala internasional, Ari Askhara sudah diterpa serbuan politik yang sangat masif dan terstruktur demi menjatuhkannya dan menyingkirkanya.
"Saya melihat unsur politiknya sangat dominan dibanding masalah kinerja dalam kasus Ari Askhara ini karena jika dilihat dari sisi kinerja, Ari Askhara sangat tidak mungkin bisa disingkirkan," katanya.