TRIBUNNEWS.COM - Badan Sar Nasional (Basarnas) akan menambah bantuan personil dari wilayah luar Jakarta.
Bantuan tersebut diperlukan karena jumlah personil saat ini masih kuwalahan dalam mengevakuasi warga yang terjebak di dalam rumah.
Direktur Operasional Basarnas, Bambang Suryo Aji mengungkapkan bencana banjir di wilayah Jabodetabek membutuhkan bantuan tenaga dari TNI.
Diketahuti hujan deras dan cuaca ekstrem mengguyur wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sejak Selasa, (31/12/2019).
Bambang mengatakan sebelum perayaan malam tahun baru 2020, anggota Basarnas sudah bersiap siaga dalam penanganan banjir.
"Kita sudah semaksimal mungkin, tapi hari ini kita akan datangkan beberapa personil dari beberapa kantor SAR," ungkap Bambang, dilansir dari KompasTV Live, Kamis (2/2/2020).
Wilayah-wilayah tersebut antara lain Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan seluruh kantor SAR untuk membantu penanganan banjir Jabodetabek.
Basarnas akan mengutamakan meminta penambahan jumlah anggota kepada relawan yang berada di daerah-daerah yang tidak terkena curah hujan tinggi dan longsor.
Sementara, hingga tadi malam, Basarnas sudah menyediakan perahu karet sebanyak 25 buah.
Bambang menyampaikan berkat tersedianya perahu karet tersebut, pada pukul 3.40 WIB Basarnas berhasil mengevakuasi warga sejumlah 935 warga.
Ia juga mengungkapkan Emergency Call Basarnas selalu bunyi, hingga banyak warga yang marah karena lamanya respon tim Basarnas saat dihubungi.
"Ada yang marah-marah juga, kenapa kok ditolak terus. Padahal ngantri itu Pak," jelas Bambang.
Bambang mengatakan banyak permintaan bantuan perorangan daripada perkelompok.
Sehingga, tim Basarnas harus inventarisir terlebih dahulu, seperti kejelasan tempat kejadian.
Setelah itu, dibagi per subsektor, sehingga kemudian baru dapat beranjak mengevakuasi para korban-korban tersebut.
Namun, kembali ia mengungkap karena jumlah anggota sangat kurang maka penanganan korban tidak dapat sesegera mungkin dilaksanakan.
Akibatnya, penanganan korban banjir dapat memakan waktu 2-3 jam.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan bencana (BNPB) terus berkoordinasi menangani dampak bencana banjir selama dua pekan ke depan.
BNPB meminta kondisi proyeksi cuaca untuk meminimalisasi dampak bencana agar tidak meluas.
Kepala BPNB, Doni Manardo mengatakan setidaknya penanganan hingga dua minggu ke depan harus terintegrasi.
"Setiap daerah harus punya posko dan posko itu pun tidak bisa satu, tetapi punya sub-sub posko. Di setiap subposko itu harus ada yang bertanggung jawab," ujar Doni.
Para penanggung jawab posko dan subposko tersebut harus memastikan kebutuhan baik dari logistik, kamar mandi (MCK), dan bagaimana sanitasinya.
Hingga kini, pihak BNPB mencatat jumlah pengungsi akibat banjir di wilayah DKI Jakarta mencapai lebih dari 30.000 orang.
Bahkan hingga pagi hari tadi jumlah pengungsi bertambah dua kali lipat.
Angka ini pun masih diprediksi akan terus naik.
Doni mengatakan penanganan korban di luar wilayah DKI Jakarta juga harus diutamakan.
"Sejumlah wilayah lainnya di daerah Banten, kemudian juga di Bogor termasuk khususnya BEkasi, Depok, dan sekitarnya masih sangat membutuhkan bantuan,"
Ia mengungkapkan dalam rapat tersebut ia meminta agar fokus pada 3 hal utama.
Pertama untuk pengurus atau anggota/tim pengevakuasi para pengungsi banjir.
Kedua korban banjir yang terluka baik luka berat, luka sedang, atau pun luka ringan.
Ketiga membantu korban yang kesulitan listrik dan air bersih.
(Tribunnews.com/Nidaul 'Urwatul Wutsqa)