News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Iran Vs Amerika Memanas

Kata SBY Soal Kemungkinan Perang Iran-Amerika: Saya Tak Mudah Percaya akan Ada Perang Besar

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberikan paparan saat Refleksi Pergantian Tahun Partai Demokrat di Jakarta, Rabu (11/12/2019) malam. Dalam Pidatonya, SBY menegaskan Partai Demokrat akan mendukung kerja pemerintah meskipun partainya ada di luar pemerintahan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM - Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan pandangan soal ketegangan yang terjadi antara Iran dan Amerika Serikat.

Diketahui, dampak ketegangan yang terjadi mengembangkan isu akan adanya perang dunia ketiga.

Namun SBY mengaku jika dirinya bukanlah orang yang tak mudah percaya ketegangan Iran dan Amerika akan berujung pada perang besar, apalagi dunia.

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberikan paparan saat Refleksi Pergantian Tahun Partai Demokrat di Jakarta, Rabu (11/12/2019) malam. Dalam Pidatonya, SBY menegaskan Partai Demokrat akan mendukung kerja pemerintah meskipun partainya ada di luar pemerintahan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

"Saya pribadi termasuk orang yang tak mudah percaya, krisis di Timur Tengah saat ini bakal menjurus ke sebuah perang besar. Apalagi perang dunia," ujar SBY dikutip Tribunnews dari laman Facebook resmi SBY.

Baca Juga: Spesifikasi Drone Canggih MQ-9 Milik Amerika Serikat yang Tewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani

SBY mengaku senantiasa mengikuti perkembangan panasnya hubungan Iran dengan Amerika Serikat melalui pemberitaan media internasional.

"Pasca tewasnya Jenderal Iran Qassem Soleimani oleh serangan udara Amerika Serikat beberapa hari lalu, siang dan malam saya mengikuti pemberitaan media internasional," ujarnya.
SBY mengaku mengikuti aksi dan reaksi politik berbagai pihak.
"Utamanya yang dilakukan oleh Irak, Iran dan Amerika Serikat. Bukan hanya pada tingkat pemimpin puncak, tetapi juga pada pihak eksekutif, legislatif, militer dan bahkan rakyatnya," ungkap SBY.
SBY mengaku tidak mudah untuk menjawab akankah ketegangan Iran dan Amerika Serikat akan berujung pada perang besar.
"Jawabannya tentu tak mudah. Saya yakin tak ada yang berani memastikan perang itu pasti terjadi. Atau sebaliknya," ungkapnya.
Penyebab Perang Menurut SBY
Ilustrasi (Australianethical)
SBY mengungkapkan penyebab terjadinya perang antarnegara memiliki banyak sebab.
Dalam catatannya, SBY juga mengungkapkan sebab-sebab terjadinya perang dunia pertama dan keuda.
"Perang Dunia ke-1, yang menyebabkan korban jiwa 40 juta orang, disebabkan oleh terbunuhnya Pangeran Franz Ferdinand dari Austria-Hongaria di Sarajevo pada bulan Juni 1914," tulisnya.
Sementara perang dunia kedua disebutkan SBY dipicu serangan Jepang terhadap Amerika Serikat.
"Perang Dunia ke-2 yang terjadi di mandala Pasifik dipicu oleh serangan 'pendadakan' angkatan udara Jepang terhadap pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour, 7 Desember 1941," ungkapnya.
SBY mengungkapkan perlu diingatnya jumlah korban perang dunia kedua di mandala Eropa dan mandala Pasifik berjumlah 70-85 juta jiwa.
"Para ahli sejarah mengatakan bahwa Jepang menyerang Amerika Serikat itu adalah sebuah kesalahan. Diibaratkan Jepang sebagai membangunkan macan tidur. Kesalahan itu sebuah 'strategic miscalculation' yang dilakukan oleh para politisi dan jenderal-jenderal militer Jepang," ujar SBY.
Seruan SBY

SBY menyerukan agar para pemimpin di dunia tidak melakukan pembiaran.

Para pemimpin dunia menurut SBY harus melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

"Namun, saya punya hak untuk cemas dan sekaligus menyerukan kepada para pemimpin dunia agar tidak abstain, dan tidak melakukan pembiaran," ungkap SBY.

Selain itu, SBY juga menyebut Persatuan Bangsa-Bangsa juga harus melakukan tindakan dan tidak melakukan pembiaran.

"Maksud saya, janganlah para 'world leaders' itu 'do nothing'. Mereka, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, harus 'do something'," ujarnya.

Harapan SBY

SBY berharap Amerika Serikat, Iran, maupun Irak mampu menahan diri untuk meghindari perang besar.

"Harapan saya adalah apa yang harus dilakukan oleh Amerika Serikat, Iran dan Irak dan dunia pada umumnya, agar sebuah peperangan di kawasan yang rakyatnya sudah cukup menderita itu dapat dicegah dan dihindari," ujarnya.

"Saya orang biasa dan tak punya kekuasaan yang formal. Namun, sebagai warga dunia yang mencintai perdamaian dan keadilan, secara moral saya merasa punya kewajiban untuk 'to say something'," ungkap SBY.

Qassem Soleimani. (Twitter / ABACA via Daily Mirror)

Pemicu Ketegangan

Sementara itu, panasnya hubungan Iran dan Amerika Serikat mencuat seusai terbunuhnya Komandan Brigade Quds Garda Revolusi Iran, Qassem Soleimani oleh Amerika Serikat.

Soleimani tewas setelah konvoi mobil yang ditumpanginya dihantam rudal di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020) lalu.

Drone MQ-9 milik Amerika Serikat disebut sebagai penembak rudal yang menewaskan Qassem Soleimani (Instagram/dtech.engineering)

Amerika Serikat kemudian mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Amerika Serikat melalui Pentagon menyatakan Qassem Soleimani merencanakan serangan terhadap warga Negeri Paman Sam.

Sosok Qassem Soleimani (Kolase TribunNewsmaker - Ahad TV dan Serambinews via En.shafaqna)

(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini