TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Komisaris Jenderal Polisi Firli Bahuri sempat menuai kontroversi saat dia mengikuti proses seleksi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ada pihak yang secara terang-terangan menolak kehadiran mantan Kapolda Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Selatan itu di lembaga antirasuah.
Namun demikian, Firli tetap memegang teguh prinsipnya. Bagi dia tidak orang yang bisa meraih kesuksesan tanpa kehendak Tuhan. Itu termasuk ketika Firli mendapat kepercayaan mengemban amanah sebagai ketua KPK periode 2019-2023.
Pria asal Sumatera Selatan itu bercerita secara eksklusif kepada Tribun Network bagaimana suasana kebatinannya saat mengikuti proses seleksi pimpinan KPK, perjalanan karier, serta bagaimana caranya menghadapi berbagai tudingan yang diarahkan kepada dia.
Berikut ini petikan wawancara Tribun Network dengan Ketua KPK Komjen Pol Firli Bahuri di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (21/1) petang.
Karier Anda di kepolisian cukup cepat menanjak. Bagaimana Anda melihat karier yang begitu cepat?
Orang bisa saja melihat itu waktunya cepat karena dia hanya melihat waktu yang singkat. Seketika orang mengenal waktu, dia tidak ingat, lupa bahwa ada proses panjang. Dia pasti akan ambil potongan-potongan waktu yang pendek.
Saya kasih contoh. Ketika saya menjadi Wakapolda di Banten, itu 1 tahun 2 bulan. Tidak pernah orang menghitung itu. Dan orang juga tidak pernah melihat bahwa saya 3 tahun jadi ajudan wakil presiden. Dia hanya lihat, "Oh, jadi wakapolda hanya beberapa bulan di Jawa Tengah."
Dia juga tidak melihat berapa lama saya menjadi kepala biro pengendalian operasi, yaitu kurang lebih 1 tahun 5 bulan. Dan apa yang saya lakukan ketika saya menjabat itu.
Di saat saya menjadi kepala biro pengendalian operasi Mabes Polri, ada dua agenda yang cukup besar. Agenda aksi 411 dan aksi 212. Anda cari bagaimana Firli saat itu. Dan apa peran Firli di 212. Nah itu.
Jadi melihatnya begitu. Jadi tidak bisa lihat hanya potongan, di Wakapolda Jawa Tengah cuma 1 bulan. Orang tidak pernah tahu berapa lama sebelumnya. Jadi kalau orang mengatakan dia cepat sekali kariernya, dia tidak pernah lihat betapa sulitnya saya enam kali tes masuk kepolisian, baru yang ketujuh saya masuk.
Dan itu tidak pernah masuk catatan orang. Orang hanya lihat yang singkat-singkatnya. Saya kira itu.
Jadi jangan lihat suksesnya saja, tapi lihat juga prosesnya?
Kalau saya melihatnya begini. Saya ketika ingin melihat sukses, itu tidak hanya lihat hasil tapi, juga harus lihat prosesnya. Jadi kalau seandainya kita lihat dari hasilnya saja, tentu kita bisa keliru. Karena sesungguhnya hasil itu tidak pernah berkhianat dengan proses. Kalaupun proses terjadi kekeliruan, bahkan ada kesalahan dalam prosesnya, tapi tetap dia berhasil, itu hanya kebetulan dan keberuntungan.
Dalam teori manajemen dikatakan kalau Anda ingin sukses, maka Anda harus merencanakan dengan baik. Ingat bahwa kalau Anda gagal dalam perencanaan, sama dengan Anda berencana untuk gagal.
Mana yang lebih enak, menjabat di kepolisian atau KPK?
(Tertawa) Begini. Saya tidak pernah mengatakan suatu tempat itu enak atau tidak. Sejauh kita pandai bersyukur, dan sejauh mana kita mampu membuat hati kita, diri kita, dan keluarga kita bahagia.
Sukses itu harus ditopang dengan kerja keras. Kerja keras itu harus ditopang dengan bahagia. Anda tidak akan pernah, kita tidak akan pernah bisa kerja keras kalau kita tidak bahagia. Maka selalu saya katakan dalam prinsip hidup saya, bahagia, kerja, sukses. Happy, hard work, success.
Kenapa saya modali itu? Kalau kita bahagia, maka banyak komponen yang kita dapatkan. Satu orang bahagia itu akan gembira. Kedua, dia akan optimistis bahwa saya bisa. Ketiga, dia akan memiliki energi yang lebih. More energy.
Yang keempat, kalau dia bahagia, maka dia akan selalu tenang. Berikutnya kalau bahagia kita akan cepat untuk mengembalikan energi. Terakhir, kalau kita bahagia, tenaga kita untuk mengisi kehidupan akan terasa lebih panjang.
Saat proses seleksi pimpinan KPK, banyak yang ingin menjegal Anda. Bagaimana suasana kebatinan Anda saat itu?
Begini, saya ingin awali dulu suatu konsep atau pendapat. Tidak ada pendapat yang salah, tidak ada yang keliru, tetapi kadang-kadang kita mengeluarkan pendapat itu kekurangan informasi. Kalau kekurangan informasi maka kesimpulannya akan timbul kekeliruan.
Dalam perjalanan hidup saya, saya hanya pegang satu. Tidak ada orang sukses tanpa kehendak Tuhan. Dan tidak ada daun yang jatuh tanpa kehendak Tuhan. Jangankan daun jatuh, ranting patah, termasuk kita bisa bertemu hari ini, itu karena kehendak Tuhan.
Termasuk mata Anda bisa berkedip itu kehendak Tuhan. Darah kita mengalir itu karena kehendak Tuhan. Termasuk saya masuk ke KPK, itu karena kehendak Tuhan. Bukan kehendak manusia. Manusia hanya bisa merencanakan dengan baik, tapi sebaik-baiknya rencana manusia tidak akan pernah lebih baik dari rencana Tuhan.
Agama lain ada juga yang mengatakan, jutaan tangan ingin menjatuhkan Anda ,tapi itu tidak akan pernah jatuh, ketika satu jari Tuhan ingin mengangkat Anda ke tempat yang terhormat.
Tapi secara umum dalam proses itu ada tidak keraguan?
Tidak. Saya tidak pernah berpikir begitu. Saya hanya bekerja. Karena dalam prinsip saya, kalau kita ingin mendapatkan fokus, maka Anda jangan pernah terganggu soal prinsip. Kalau Anda sudah menetapkan suatu tujuan jangan pernah membuat tujuan lain. Artinya adalah, pertama kuatkan dulu what is your goal.
Apa tujuan Anda, sekarang di mana Anda berada. Where is our position. Kalau kita sudah tahu tujuan, di mana kita berada, dan akan ke mana kita, barulah kita berhitung, apa kendala dan hambatannya. Tentu kita harus hitung itu. Seandainya kita sudah berada di suatu tempat, tercapai tempat itu, maka bagaimana kita mewujudkan yang kita inginkan. Saya kira itu.
Dan saya memang tidak pernah terganggu. Tidak pernah. Karena kalau Anda terganggu, maka kita akan menghabiskan tenaga kita, dan kita akan kehilangan fokus. Kalau kita kehilangan fokus, maka kita akan kehilangan tujuan.
Tidak terganggu?
Tidak ada pengaruh apa-apa. Anak saya, istri saya, tetap bekerja seperti biasa. Bahkan anak saya bilang, "Papa di TV, beritanya begini. Terus papa bagaimana? Tidak, papa tidak seperti itu. Papa tetaplah orang yang terbaik, papa adalah papa saya." Padahal anak saya baru belasan tahun.
Dalam proses ini, orang sering menyebut tidak lepas dari kiri-kanan, politik di DPR, Anda sendiri melihat apa kelebihan Anda?
Saya tidak bisa mengatakan apa kehebatan saya. Karena tentu kita tidak akan tahu di mana kehebatan kita ,tapi orang lainlah yang menilai. Kita tidak boleh memberikan nilai kepada diri kita sendiri.
Contoh begini. Ketika Anda ada di suatu ruangan, Anda tidak akan pernah tahu bagaimana kondisi atapnya. Kalau Anda ingin tahu, apakah gentingnya ada yang miring, gentingnya pecah, maka orang luar yang tahu. Jadi saya tidak bisa mengatakan bagaimana kehebatan saya. Saya adalah manusia biasa, saya hanya berupaya keras. Tetapi yang pasti adalah semua yang terjadi karena kehendak Tuhan dan kuasa Allah SWT.
Beredar foto Anda bersama Luhut Binsar Pandjaitan?
Begini, orang boleh saja komentar dan berpendapat. Contoh begini, kita sulit untuk membuat frame terhadap orang karena semua orang boleh membuat frame. Contoh, angka berapa yang ditambahkan, dikalikan, dibagikan, hasilnya menjadi 10.
Boleh saja Pak Ali Fikri (juru bicara KPK, red) mengatakan, 10 adalah 20 dibagi 2. Saya juga boleh dong mengatakan bahwa 10 adalah 2 dikali 5. Yang lain boleh mengatakan 4 tambah 6 adalah 10. Saya kira itu sah-sah saja pendapat itu.
Tapi yang pasti tugas pokok KPK itu adalah pemberantasan korupsi. Pemberantasan korupsi adalah serangkaian tindakan pencegahan dan pemberantasan itu sendiri. Dengan meliputi melalui koordinasi, pencegahan, monitoring, melalui penyelidikan, penyidikan, penuntutan. Melalui supervisi dan melalui pemeriksaan peradilan berdasarkan undang-undang dan tetap melibatkan masyarakat.
Jadi tidak ada yang salah seketika kita melakukan koordinasi dengan kementerian lembaga. Kenapa saya melakukan itu karena tugas pokok KPK ada 6, Pasal 6, jumlahnya ada 6. Mulai dari huruf a sampai dengan huruf f. Yang sebelumnya adalah Pasal 6 ada lima tugas pokok, a sampai e.
Kita lihat sekarang, Pasal 6 huruf a itu disebutkan, KPK melakukan a, melakukan pencegahan supaya tidak terjadi korupsi. Kalau begitu dengan siapa Anda bisa melakukan pencegahan? Apakah Anda sendiri? Karena sesungguhnya tempat-tempat korupsi dimulai di mana-mana saja dan bisa terjadi di mana-mana saja.
Untuk itu tentu kita akan sampaikan kepada kementerian lembaga, seluruh lembaga negara itu harus kita datangi. Itu yang pertama. Kedua, juga disebutkan Pasal 6 huruf b, melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi dan layanan publik.
Itu artinya, ada upaya penindakan, ada upaya pencegahan. Maka harus kita sampaikan kepada semua lini, jangan sampai KPK berjalan sendiri. "Ah, biarkan saja urusan dia." Sementara mereka, kementerian, lembaga tidak peduli. Padahal ada peraturan presiden nomor 54 tahun 2018 tentang strategi nasional pencegahan korupsi. Dan itu tidak bisa dikerjakan oleh KPK sendiri.
Di awal banyak yang meragukan Bapak sebagai pimpinan KPK, bahkan ada yg menyebut ini pimpinan terburuk. Bagaimana Bapak menanggapi itu?
(Tertawa) Saya sebenarnya waktu di Lemhanas sudah ngomong itu dalam speech saya. Saya katakan ada ilmu filsafat. Filsatnya begini. Ketika anda menunjuk satu orang, sesungguhnya ada tiga jari yang mengarah kepada anda. Kalau anda mengatakan begini, maka tiga jari mengarah ke anda. Kalau anda mengatakan orang buruk, anda harus berkaca. Jangan-jangan orang yang anda katakan buruk lebih buruk daripada anda. Karena sesungguhnya konsep buruk dan baik itu yang tahu adalah Allah SWT dan anda tidak boleh menilai seseorang.
Contoh begini, kita lihat orang pakaiannya bagus, ini kayaknya bagus sekali, belum tentu juga. Terus ada juga orang yang tampilannya biasa-biasa saja, bahkan mungkin lengkap dengan tanda-tanda perhiasannya, tidak menampilkan ketakwaan dan keimanannya, dianggap ini pasti tidak bertakwa, ini tidak beriman. Ternyata dia lebih baik daripada yang kita anggap buruk.
Saya kira itu. Jadi biarkanlah orang mendapat penilaian itu, kita tetap bekerja saja, jangan pernah terganggu dengan stigma-stigma seperti itu. Itu kita jadikan sebagai semangat kita untuk berbuat baik.
Apa ini jadi motivasi Bapak menjawab keraguan itu?
Saya tidak pernah berpikir ada orang ragu. Silakan orang berpendapat, tapi saya berpikir tidak pernah ada orang ragu sama saya. Contoh begini, ada seorang atlet cacat, maka dia dianggap tidak akan mampu untuk lompat tinggi. Ada yang sehat mampu melompat tinggi.
Di suatu pertandingan, yang sehat dan tidak cacat ternyata tidak pernah jadi juara. Justru yang cacat dapat juara setelah ikut pertandingan. Kalau begitu siapa yang anda anggap buruk? Yang anda anggap tidak layak? Yang cacat tadi dapat medali, sementara yang satu tidak mendapat apa-apa. Itu konsepnya. (*)