TRIBUNNEWS.COM - Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berhasil memperbaiki permasalahan CCTV di Puncak Gunung Agung, Karangasem, Bali, Kamis (23/1/2020).
Diketahui, Gunung Agung kini berstatus level 3 atau Siaga.
Kasubbid Mitigasi Gunungapi Wilayah Timur, Badan Geologi Dr Devy Kamil Syahbana mengungkapkan tujuan pemasangan CCTV agar publik bisa memantau secara langsung kondisi Gunung Agung.
"Desember lalu saya dan tim melakukan instalasi CCTV di puncak Gunung Agung, tujuannya untuk dapat memantau dinamika aktivitas permukaan Kawah Gunung Agung," ungkapnya kepada Tribunnews melalui pesan tertulis, Kamis (23/1/2020).
Keberadaan CCTV ini utamanya ditujukan bagi masyarakat di sekitar Gunung Agung.
"Kami secara online buka akses CCTV ini untuk dapat dilihat publik, terutama mereka yang tinggal di sekitar Gunung Agung," ungkapnya.
Namun CCTV di puncak Gunung Agung Bali tersebut mengalami permasalahan di awal Januari 2020.
"Awal Januari CCTV tidak dapat diakses. Kemungkinan berkaitan dengan cuaca dimana antena bisa bergeser jika tertiup angin besar," ungkapnya.
Selain itu curah hujan yang tinggi juga menyebabkan CCTV mengalami gangguan.
"Bisa jadi mempengaruhi kelistrikan komponen2 sistem stasiun kami," lanjutnya.
Devy menyebut tim naik ke Gunung Agung mengatasi permasalahan tersebut.
"Alhamdulillah tim berhasil sehingga sekarang masyarakat dapat kembali mengakses CCTV ini," ungkapnya.
Lebih lanjut, Devy mengungkapkan CCTV ini bisa menjadi solusi bagi pihak yang ingin melihat kondisi kawah Gunung Agung.
"Selama ini masih ada orang atau pengunjung yang memaksakan naik ke puncak hanya untuk melihat kawah," ungkapnya.
"Padahal hal ini masih tidak direkomendasikan karena kondisinya saat ini Gunung Agung dalam status Level 3 atau Siaga," lanjutnya.
Devy berharap dengan adanya CCTV ini masyarakat cukup dapat melihat lewat telepon genggamnya.
Untuk melihat pantauan CCTV Gunung Agung Bali, klik di sini.
Selain Gunung Agung, Badan Geologi Kementerian ESDM juga telah membuka akses CCTV untuk pemantauan gunung api di Indonesia.
Antara lain :
- Sinabung
- Batur
- Merapi
- Talang
- Anak Krakatau
- Gede
- Tangkuban Perahu
- Pepandayan
- Guntur
- Galunggung
- Ile Werung
- Lokon
- Karangetang
- Slamet
- Dieng
- Sundoro
- Sumbing
- Merapi
- Kelud
- Arjuno Welirang
- Bromo
- Semeru
- Ijen
Masyarakat bisa melihatnya melalui link CCTV Gunung Api di Indonesia.
3 Gunung Api di Indonesia Berstatus Siaga
Tiga gunung api di wilayah Indonesia hingga kini masih berstatus level III atau 'siaga'.
Ketiga gunung tersebut adalah Gunung Karangetang di Sulawesi Utara, Gunung Sinabung di Sumatera Utara, dan Gunung Agung di Bali.
Dilansir bnpb.go.id, otoritas kegunungapian, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait potensi ancaman bahaya erupsi setiap gunung api tersebut.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo dalam rilisnya mengungkapkan masyarakat untuk selalu mengupdate informasi terbaru.
"BNPB mengimbau masyarakat yang berada di wilayah gunung api tersebut untuk selalu memantau informasi, khususnya dari otoritas terkait, yaitu PVMBG maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat," ungkapnya.
Karakter Masing-masing Gunung
Rekomendasi yang diberikan PVMBG dapat dilihat adanya karakter ancaman yang berbeda di setiap gunung api.
"Misal, Gunung Karangetang, PVMBG merekomendasikan masyarakat atau wisatawan untuk tidak melakukan aktivitas pada zona prakiraan bahaya," ungkapnya.
Zona prakiraan bahaya tersebut yakni 2,5 km dari puncak kawah Dua (Kawah Utara) dan Kawah Utama (selatan) serta area perluasan sektoral dari Kawah Dua kea rah Barat Laut – utara sejauh 4 km, serta dari kawah utama sejauh 3 km ke arah barat.
PVMB memberikan imbauan melalui pemerintah daerah terkait dengan Gunung Sinabung di Sumatera Utara.
Masyarakat dan pengunjung Gunung Sinabung diimbau untuk tidak melakukan aktivitas pada desa-desa yang sudah direlokasi.
Selain itu pada lokasi di dalam radius radial 3 km dari puncak Gunung Sinabung.
Serta radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara.
Agus Wibowo mengungkapkan orang yang bukan asli daerah sekitar gunung api mungkin akan kesulitan apabila berada di lokasi sekitar gunung.
"Meskipun mengetahui narasi terkait rekomendasi (imbauan) di atas," ujarnya.
Agus Wibowo menyebut hal itu disebabkan secara spasial tidak mengetahui persis lokasi tempat berada.
"Berapa jauh dari radius berbahaya yang telah direkomendasikan otoritas resmi. Oleh karena itu, hal terpenting bagi masyarakat atau pun pengunjung untuk selalu berkoordinasi apabila melakukan aktivitas di sekitar gunung api," ucapnya.
Agus Wibowo mengungkapkan tidak ingin ada peristiwa seperti Gunung Api Pulau Putih di Selandia Baru terjadi di Indonesia.
"Gunung api Pulau Putih yang tiba-tiba meletus tanpa peringatan dan menyebabkan jatuhnya korban jiwa," ungkapnya.
Menurut Agus Wibowo, potensi erupsi gunung api di Indonesia cukup besar.
"Di Indonesia, potensi bahaya erupsi gunung api mengancam sekitar 1,2 juta populasi di 75 kabupaten/kota," ungkapnya.
Maka dari itu, Agus Wibowo menyebut kesiapsiagaan selalu menjadi tumpuan bagi setiap individu untuk terhindar dari ancaman bahaya.
"Di sisi lain, belajar dari penanganan erupsi gunung api, Indonesia memiliki banyak praktek baik maupun pembelajaran."
"Seperti konteks erupsi Gunung Kelud 2014, puluhan ribu warga berhasil selamat dengan evakuasi mandiri pascaerupsi eksplosif saat itu," ungkapnya.
Selain itu, Agus Wibowo juga mengungkapkan bagaimana komunitas warga bernama Pasebaya di Kabupaten Karangasem menggunakan handheld transceiver atau HT untuk mengedukasi warga di sekitar Gunung Agung.
"Atau, pemanfaatan InaRISK yang berbasis android dan ios untuk mengetahui potensi ancaman bahaya erupsi gunung api," jelasnya.
Agus Wibowo menyebut Indonesia memiliki 127 gunung api aktif.
"Dari jumlah tersebut tidak ada gunung api berstatus level IV atau 'awas'. Level tersebut merupakan status tertinggi terkait menyikapi potensi ancaman erupsi gunung api," ujarnya.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)