TRIBUNWOW.COM - Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, menganalogikan posisi etnis Tionghoa di Indonesia seperti fenomena anak bungsu.
Hal tersebut disampaikannya terkait dengan posisi etnis Tionghoa yang masih dirasa rentan di antara masyarakat Indonesia.
Pengamat sekaligus konsultan politik tersebut mengawali penjelasannya dengan menyebutkan pengalaman ketika melakukan survei dalam Pemilu 2019.
• Rayakan Imlek Pertama, Ruben Onsu Beri Nama Chinese untuk Betrand Peto: Sesuai Hitungan Lahir
"Pernah ada taruhan yang ramai di media kalau saat itu salah satu calon presiden menang saya harus ke Korea Utara atau ke China," kata Yunarto Wijaya, dalam tayangan Rosi di KompasTV, Kamis (23/1/2020).
"Dengan terpaksa, karena saat itu saya ingin memberikan pendidikan politik terkait survei yang saya percaya ilmiah, saya ladeni tantangan itu. Untungnya benar," lanjutnya.
Yunarto menyebutkan latar belakang etnis Tionghoanya membuat ia kerap dirundung.
"Saya malah yang dibilang agen China dan segala macam, kebetulan belum pernah balik kampung ke China sama sekali, kalau orang bilang itu tempat nenek moyang saya," jelas Yunarto.
Yunarto melanjutkan pengalamannya sebagai aktivis dan pengamat politik membuatnya merasa harus berani menyatakan pendapat.
Ia tidak merasa harus patuh pada sindrom minoritas yang sering dilekatkan pada etnisnya.
Yunarto kemudian menganalogikan keberadaan etnisnya seperti fenomena anak bungsu.