TRIBUNNEWS.COM - Mahasiswi Universitas Hubei asal Aceh, Siti Mawaddah terpaksa terkurung di asrama kampus kota Wuhan, Cina selama 8 hari.
Siti Mawaddah mengaku, sejak ditetapkannya kondisi darurat virus Corona, dirinya dilarang untuk melakukan kegiatan di luar asrama.
"Ini adalah hari ke-8 saya mengurungkan diri di dalam kamar semenjak adanya berita bahwa virus Corona menyerang Kota Wuhan," kata Siti Mawaddah, dilansir dari Youtube KompasTV, Senin (27/1/2020).
Siti mengatakan pemerintah Wuhan telah melarang masyarakatnya untuk berpergian ke tempat umum, kecuali mempunyai keperluan mendadak.
Dijelaskan oleh Siti, keperluan tersebut seperti membeli bahan makanan atau berbelanja.
Siti mengatakan pemerintah juga mengimbau agar masyarakat yang keluar rumah untuk selalu menggunakan masker sebagai sikap antisipasi virus Corona tersebut.
Adapun pihak berwenang bersama pemerintah setempat Kota Wuhan telah memblokir dan menutup jalur-jalur transportasi di wilayah tersebut.
"Sampai saat ini kami belum mendapatkan pemberitahuan dari pemerintah setempat sampai kapan jalur transportasi di kota Wuhan ditutup," kata Siti.
Siti mengungkap bahwa ia sangat sedih jika terus berada di dalam kamar asrama kampus yang berada di kota Wuhan tersebut.
Diketahui Wuhan merupakan sumber tempat virus Corona pertama kali dan terbanyak berasal.
Siti mengaku, kondisi psikologisnya mulai terganggu setelah delapan hari terisolasi di Kota Wuhan.
"Kami merasa sangat sedih jikalau kami terus berada di dalam kamar dan sungguh itu tidak bagus untuk kesehatan kami," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan setiap hari selalu mendengar berita mengenai jumlah korban terjangkit virus Corona mematikan tersebut semakin bertambah.
"Seolah-olah kami di sini hanya menunggu giliran untuk terinfeksi jika kami terus berada di Kota Wuhan, dan itu sangat menggangu psikis kami", ujar Siti.
Ia pun berharap kepada pemerintah Indonesia agar dapat segera memulangkan ia dan teman-temannya kembali ke tanah air Indonesia.
Selain itu, ia meminta agar dirinya dapat dievakuasi keluar dari kota Wuhan atau setidaknya ditampung di KBRI Kota Beijing.
"Sampai saat ini pihak KBRI selalu berkomunikasi dengan kami menggunkan grup WeChatt. Mereka selalu mendata jumlah WNI yang berada di Provinsi Hubei," katanya.
Ia mengaku mendapat informasi bahwa pihak KBRI Kota Beijing sedang mengupayakan pengiriman logistik dan bantuan dana kepadanya dan mahasiwa lainnya di kampus tersebut.
Namun, hingga saat ini bantuan tersebut belum juga diterima Siti.
Di sisi lain, Siti Mawaddah juga menyampaikan terima kasih kepada Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah yang telah memberinya bantuan.
"Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada pak Plt Gubernur Aceh yang telah memberi bantuan dana kepada mahasiwa yang berada di kota Wuhan," pungkasnya.
Sebanyak 12 Mahasiswa Asal Aceh Terisolasi di Asrama Kota Wuhan, Cina
Terdapat 12 mahasiwa asal Aceh yang terpaksa terisolasi di kamar asrama kampus yang terletak di kKta Wuhan, Cina.
Ke-12 mahasiwa tersebut terpaksa tidak diperbolehkan keluar ruangan atau asrama karena maraknya penyebaran virus Corona mematikan yang telah menewaskan sekitar 80 orang di Wuhan.
Ke-12 mahasiwa tersebut salah satunya adalah Siti Mawaddah.
Sementara 11 lainnya bernama Fadil, Alfi Rian, Ory Safwar, Siti Sahara, Hayatul, Maisal, Jihadullah, Ita Kurniawati, Agus, Intan Maghfirah, dan Sapriadi.
Dilansir Kompas.com, Minggu (26/1/2020), Direktur Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok yang sudah berada di Banda Aceh, Mulia Mardi mengatakan ke-12 mahasiwa asal Aceh tersebut hanya keluar asrama ketika terdapat keperluan yang sangat penting saja.
Sementara itu, Mulia menyampaikan para mahasiwa tersebut telah mendapat bantuan dana dari Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah sebesar Rp 50 juta.
"Alhamdulillah, uang itu nantinya bisa mereka gunakan untuk berbagai kebutuhan yang mendesak di sana," kata Mulia.
Diketahui terdapat sekitar 200 mahasiswa asal Indonesia yang berada di Wuhan dan sebanyak 15.000 mahasiwa berada di Tiongkok.
Di sisi lain, Juru Bicara Pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani mengatakan dalam waktu dekat ini Pemerintah Aceh akan memfasilitasi kepulangan terhadap 12 mahasiswa tersebut untuk kembali ke tanah air.
“Pemerintah Aceh akan melakukan upaya terbaik bagi pelajar Aceh yang masih tinggal di Kota Wuhan, dan masyarakat diajak berdoa agar anak-anak Aceh berada dalam keadaan baik, sehat, dan aman,” kata Saifullah.
Selain itu, Saifullah juga menyampaikan bahwa kini telah dibentuk dua Posko Siaga Wabah Virus Corona di Aceh dan Jakarta.
Adapun posko tersebut juga akan menampung laporan dari China yang akan menjadi tempat koordinasi antar lembaga khususnya mahasiswa Aceh yang kuliah di Cina.
"Anak-anak kita di Kota Wuhan maupun yang masih di kota-kota lainnya di China bisa mengabarkan kondisinya, dan begitu kondisi memungkinkan mereka segera kita fasilitasi pulang ke Aceh," ujarnya.
Diketahui wabah virus Corona yang mirip dengan MERS dan SARS mematikan pada 2002-2003 silam menjadi perhatian masyarakat internasional.
Hingga Senin, (27/1/2020) pukul 17.00 WIB tercatat sebanyak 2.863 orang terjangkit atau terkena infeksi virus Corona.
Peningkatan jumlah korban terinfeksi ini bertambah 62 orang sejak pukul 16.00 WIB.
Setidaknya 80 orang di 18 provinsi China, daerah otonom, daerah administrasi khusus dan kota telah meninggal akibat virus Corona.
Kemudian korban terinfeksi terbanyak kedua setelah Cina ada di wilayah Asia dengan jumlah 27 orang.
Negara lainnya yakni Hongkong 8 orang, Macau 6 orang, Taiwan 4 orang, Eropa, 3 orang, Amerika Utara 6 orang, dan Australia 4 orang terjangkit infeksi virus Corona.
(Tribunnews.com/Nidaul 'Urwatul Wutsqa)