"Jadi bahayanya seluruh potensi kriminal sosial itu yang seharusnya ditangkap oleh oposisi."
"Supaya oposisi menghasilkan pikiran alternatif nggak terjadi, karena oposisi ikut mencari suaka di istana kan," ungkapnya.
Rocky lantas memberikan evaluasi 100 hari Pemerintahan Jokowi-Maruf.
"Jadi kesetaraan dihilangkan, sekaligus harapan ditutup, dan itu bikin frustasi."
"Tapi orang bingung untuk menerangkan, ya tapi kan Pak Jokowi dipilih dua kali selama 10 tahun, itu misterinya," kata Rocky.
Lebih lanjut, Rocky menjelaskan soal maksud dari pernyataannya tersebut.
"5 tahun pertama gagal, ekonomi tumbuh tidak sesuai dengan yang diharapkan, keakraban sosial tidak terjadi," kata Rocky.
Selain itu, menurut Rocky, kemampuan negara untuk membiayai dirinya sendiri pun tidak bisa.
Oleh karena itu, Rocky menyebut, hal itu adalah wujud dari kegagalan Pemerintah Jokowi-Maruf.
"Jadi itu kan artinya gagal, tetapi kenapa masih terpilih?" terangnya.
Maka menurut Rocky ada dua kemungkinan alasan.
"Maka cuma dua kemungkinan, pemilih kita betul-betul sudah dungu atau pemilihannya curang itu," papar Rocky.
Rocky lantas menyebut, bahwa publik cerdas dan yang curang adalah pelaksanaan pemilu.
"Yang beginian itu mungkin akan dibuka 3 atau 4 tahun kedepandan mereka yang terlibat itu pasti akan disidang oleh pemimpin baru nanti," katanya.
Rocky berharap agar gerakan mahasiswa tetap memelihara ide dan harapan.
"Karena kita ingin republik ini diinvestasikan ulang sebagai hak untuk menikmati keadilan bersama," ujar Rocky.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)