News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

KBRI Beijing Berikan Mahasiswa di Wuhan Uang Saku 280 Yuan untuk Seminggu

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi Kota Wuhan tanggal 26 Januari 2020 (https://twitter.com/ylchaniago)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Angin segar menyapa para mahasiswa Indonesia yang tengah menuntut studi di Negeri Tirai Bambu yakni China. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing memberikan uang saku bagi masing-masing mahasiswa.

Hal ini dilakukan pasca virus corona mewabah dan membuat kota Wuhan menyandang status lock down sejak Rabu (22/1/2020) lalu.

Salah satu mahasiswa yang mendapatkan uang saku tersebut adalah Alfi Rian Tamara. Rian tengah mengenyam program S-2 di Wuhan University of Technology.

"Alhamdulillah kami bersyukur karena dapat bantuan dari KBRI berupa uang saku yang diberikan untuk bertahan hidup, berbelanja, kepada setiap masing-masing mahasiswa," ujar Rian, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (30/1/2020).

Baca: Kemenkes RI: Di Indonesia Tidak Ada Orang Positif Terjangkit Virus Corona

Baca: Bantuan Uang dan Masker Telah Dikirimkan untuk WNI di China

Baca: Dampak Virus Corona, Kendaraan Pribadi Kini Dilarang Beroperasi di Kota Wuhan Cina

Ia menjelaskan uang saku tersebut diberikan kepada mahasiswa lantaran virus corona menyebabkan toko-toko tutup. Bahkan transportasi umum tak beroperasi untuk sementara.

Sehingga kebutuhan yang harus dipenuhi para mahasiswa harus didapatkan dengan harga lebih tinggi di toko yang tetap buka.

Rian mengatakan setiap mahasiswa mendapatkan uang saku dari KBRI sebesar 280 Yuan atau setara dengan sekitar Rp550.000. Uang saku tersebut diperuntukkan sebagai biaya hidup seminggu bagi mahasiswa.

"Para mahasiswa mendapatkan uang saku masing-masing sebesar 280 Yuan untuk tujuh hari," jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, Wuhan, China seolah menjadi kota mati setelah status lock down diberlakukan disana pasca mewabahnya virus Corona. Transportasi umum, pertokoan, hingga aktivitas warga pun tak berjalan sebagaimana biasanya.

Alfi Rian Tamara, mahasiswa asal Indonesia yang tengah menjalani program beasiswa China government Scholarship S-2 dari education of science, menjadi saksi perubahan kota ini.

Rian, begitu ia disapa, mengaku kesulitan mencari bahan makanan sehari-hari lantaran banyaknya toko yang tutup. Warga sendiri juga diimbau untuk tak keluar rumah.

Namun, mahasiswa Wuhan University of Technology tersebut rela keluar asrama dan berjalan kaki tujuh menit demi membeli bahan makanan di tengah wabah virus corona.

"Saya berbelanja di toko yang bersebelahan dengan kampus. Namun bukan supermarket, hanya toko perbelanjaan biasa. Jaraknya sekitar 7 menit jalan kaki," ujar Rian, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (30/1/2020).

Rian biasa membeli sayur mayur, rempah-rempah, roti, telur, beras, hingga buah-buahan di toko tersebut. Selain karena hanya toko tersebut yang buka di sekitar kawasannya tinggal, ia menegaskan belanja disana karena bahan makanan didatangkan dari luar kota Wuhan.

Namun kondisi di Wuhan membuat harga bahan makanan, terutama sayuran dan buah-buahan menjadi sangat mahal.

"Yang biasanya per kilogram (kg) bawang putih kita dapat membeli dengan harga 5 Yuan atau sekitar Rp10.000, saat ini menjadi 20 Yuan per kg atau Sekitar Rp40.000," kata dia.

Pria yang mengenyam pendidikan S-1 di Universitas Syiah Kuala Aceh itu bahkan sudah berbelanja untuk stok seminggu ke depan. Biasanya empat hari jelang habisnya stok di asramanya, Rian akan kembali membeli bahan makanan.

"Mungkin sekitar empat hari lagi kami (mahasiswa) akan belanja kembali untuk memenuhi stok seminggu ke depan. Menjaga pasokan makanan kami," jelasnya.

Ketakutan akan virus corona tentu terlintas dalam pikirannya. Namun, Rian berusaha menjaga diri agar tak tertular virus tersebut dengan melengkapi dirinya menggunakan masker serta sarung tangan.

"Sebenarnya takut juga untuk keluar berbelanja, (karena bisa) tertular virus. Namun kami memakai masker dan sarung tangan, karena virus itu menular melalui sistem pernafasan dan sentuhan langsung orang-orang yang terpapar virus," kata Rian.

"Jadi kami menghindari tempat ramai dan alhamdulillah setiap belanja tidak saat ramai atau banyak orang lain. Tidak bercampur dengan orang-orang lainnya," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini