Inilah yang membingungkan para ahli kesehatan di dunia.
Jika benar ada, di mana virus corona Wuhan?
Hal ini masih menjadi teka-teki yang belum bisa dijawab.
Ahli virus Christopher Mores dari Milken Institute School of Public Health University yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan, itu karena transmisi virus terbukti berbeda di luar zona wabah utama untuk beberapa alasan yang belum dijelaskan.
Baca: Terus Bertambah, Korban Tewas Akibat Virus Corona Kini Mencapai 813 Orang
"Atau kita hanya tidak menangkapnya dan menghitungnya, atau gagal saat mendeteksi," imbuh Mores.
Hingga kini, Indonesia, Thailand, dan Kamboja benar-benar menyeleksi turis dari China.
"Indonesia tengah melakukan apa yang mungkin untuk dipersiapkan dan mencegah dari virus corona baru," kata Dr. Navaratnasamy Paranietharan, perwakilan Indonesia dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kepada Sydney Morning Herald.
Ia juga mengatakan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di bidang pengawasan dan deteksi kasus virus corona baru.
Reaksi Kemenkes
Menanggapi hal ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menganggap penelitian yang dilakukan para peneliti Harvard itu hanya berdasarkan kalkulasi matematis.
Pihak Kemenkes juga berpendapat hal tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Badan Litbang Kesehatan Kemenkes, dr Siswanto.
"Penelitian Harvard itu model matematik untuk memprediksi dinamika penyebaran novel corona virus berdasarkan seberapa besar orang lalu lalang," ujarnya yang dikutip dari Kompas.com.
Lebih lanjut Siswanto menjelaskan, menurut hitungan sstematis, seharusnya terdapat enam hingga tujuh kasus positif virus corona di Indonesia.
Namun hingga hari ini belum ada ditemukannya satu kasus pun yang dinyatakan positif corona.
Baca: 2 Orang Lari dari Karantina Virus Corona, Polisi Hong Kong akan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan
Baca: 43 Orang Terinfeksi Virus Corona, 6 Orang Sembuh di Singapura
Hal itu berdasarkan dari hasil pemeriksaan di laboratorium Litbang Kemenkes.
"Kalau diprediksi harusnya ada 6 kasus, ternyata sampai hari ini tidak ada," ujarnya.
Sehingga Siswanto menuturkan bahwa penelitian dari Harvard tersebut hanya sebuah presdiksi.
Menurutnya seharusnya kita bersyukur karena di Indonesia bersih dari virus corona.
"Ya harusnya justru kita bersyukur. Kita sudah teliti dengan benar," kata Siswanto.
"Itu (penelitian ahli Harvard) hanya prediksi saja," ujarnya.