Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Arab Saudi mengeluarkan kebijakan penghentian sementara jemaah umrah, Kamis (27/2/2020).
Akibatnya kebijakan itu, PT Nettour Batam terancam gagal memberangkatkan 45 jemaah pada awal Maret mendatang.
"Padahal jemaah kita tanggal 2 Maret 2020 ini sudah siap-siap semua, kita ada 45 jemaah yang akan diberangkatkan umrah," ujar Direktur Utama PT Nettour Batam, Kamaruddin Saban, ketika dihubungi Tribunnews.com, Kamis (27/2/2020).
Kamaruddin mengaku kaget mendengar informasi tersebut pagi ini.
Awalnya dia melihat dari media sosial, namun kemudian agennya dari Saudi memberi tahu informasi via telepon.
Agennya di Saudi memberitahukan bahwa kemungkinan untuk sementara ini perjalanan umrah tak bisa diproses untuk ke depan.
"Dikasih tahu juga kemungkinan pesawat pun ditahan, nggak bisa masuk menerima jemaah umrah atau visa turis lainnya ke Saudi," kata dia.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk menghentikan sementara waktu kegiatan umrah, sebagai langkah pencegahan penyebaran virus corona atau covid-19 di negara itu.
Baca: Viral Video Ahmad Dhani Sebut Maia Estianty Yang Tersayang, Begini Reaksi Irwan Mussry, Tak Marah!
Baca: VIRAL Video Detik-detik Ibu Hamil Tertabrak Mobil, Suami Jadi Saksi Mata, Histeris & Pukuli Mobil
Arab Saudi juga mengeluarkan larangan untuk mendatangi Masjid Nabawi.
Penangguhan masuk bagi jemaah umrah juga berlaku bagi jamaah Indonesia dan 21 negara lainnya.
Dilansir dari SPA, Kamis (27/2/2020), atas rekomendasi Kementerian Kesehatan, kegiatan umrah dihentikan sementara waktu bagi jamaah yang berasal dari negara China, Iran, Italia, Korea, Jepang, Thailand, Malaysia, Indonesia, Pakistan, Afghanistan, Irak, Filipina, Singapura, India.
Kemudian Lebanon, Suriah, Yaman, Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan, Somalia, Vietnam atau negara lain yang akan menunjukkan lebih banyak kasus korona meningkat.
Pemerintah Saudi akan terus melakukan evaluasi atas aturan penangguhan itu.
Dilaporkan sampai saat ini, 80.000 orang di seluruh dunia dinyatakan positif dan merenggut nyawa lebih dari 2.700 orang yang sebagian besar ada di China.