Rahayu menilai peristiwa geologi lumrah terjadi.
"Memang banyak peristiwa geologi yang bisa terjadi," ujarnya.
Baca: Tiga Kelas SDN 1 Cipicung di Purwakarta Nyaris Tertimpa Longsoran Tembok Penahan Tanah
Rahayu mengungkapkan gelembung yang terjadi bukanlah karena mendidih, tapi karena terkandung gas CO2 mengenai air yang berada di permukaan tanah.
"Rongga di bawah lempeng atau kerak-kerak di bawah sawah ada pergerakan kecil, ada kemungkinan gas terdorong ke atas, yang tidak panas, tapi menggelembung," ungkapnya.
Menurut Rahayu, fenomena itu terlihat seperti mendidih sebab gas keluar mengenai air persawahan.
"Kalau keluar pas di tanah yang tidak ada airnya ya tidak bergelembung," ungkap Rahayu.
Rahayu menyebut jika airnya tidak panas, gas karbon yang keluar berasal dari lapisan tanah yang tidak terlalu dalam.
"Kalau panas, berarti dia berada di jalur magma," imbuhnya.
Baca: Peringatan Dini BMKG Hari Ini, Kamis 27 Februari 2020: Waspada 11 Wilayah Berpotensi Hujan Lebat
Sementara itu Rahayu menyebut peristiwa tersebut tidak membahayakan.
"Kalau membahayakan ya tidak, karbonnya kan berkadar rendah. Dikasih korek juga tidak akan menyala," ujarnya.
Akan tetapi, gas tersebut tidak sehat jika dihirup.
"Tapi kalau dihirup ya tidak sehat, soalnya itu karbon, yang seharusnya kita keluarkan saat bernafas, bukan untuk dihirup. Tapi tidak sampai meracuni," ungkapnya.
Lebih lanjut, Rahayu menjelaskan gas akan naik ke permukaan tanah jika lempeng-lempeng mengalami gesekan.
"Gas yang berada di dalam akan terdesak masuk naik ke atas," ungkapnya.