TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 188 warga negara Indonesia (WNI) yang telah dipindahkan dari kapal pesiar World Dream ke KRI Soeharso tiba di Pulau Sebaru, Jumat (28/2/2020) sore.
Sterilisasi di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta terkait virus corona akan diperhatikan khusus oleh Kementerian Kesehatan RI.
Salah satunya dengan memusnahkan pakaian yang melekat pada 188 Warga Negara Indonesia (WNI) saat diobservasi di Pulau Sebaru tersebut dengan alat insinerator.
Insinerator atau alat pembakaran sampah adalah teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran sampah organik.
Pantauan Tribun, sebanyak dua insinerator itu dibawa dari KRI Banda Aceh menggunakan kapal ke Pulau Sebaru.
Dari kapal dipindahkan oleh para anggota TNI untuk dimasukkan ke dalam pulau tersebut.
Insinerator itu cukup berat. Pasalnya, sebanyak lebih dari enam anggota TNI yang mengangkatnya.
Insinerator itu memiliki tinggi hampir dua meter. Berwarna biru, memiliki kotak penampung barang yang dibakar, serta cerobong asap di atasnya.
Koordinator Lapangan Tim Kesehatan Kementerian Kesehatan, Gunawan Wahyu Nugroho, mengatakan nantinya pakaian 188 ABK Kapal World Dream, itu akan dimusnahkan menggunakan insinerator tersebut.
Baca: Liga 1 2020 - Aji Santoso Imbau Skuad Persebaya Tetap Waspadai Persik Kediri
Baca: Hamil 1 Bulan, Nagita Slavina Keguguran, Raffi Ahmad Ungkap Penyebabnya : Gigi Telepon Sambil Nangis
"Ada dua insinerator yang kami bawa untuk di pulau ini. Nanti pakaian mereka dimasukkan ke dalam insinerator untuk dimusnahkan," kata Wahyu.
Pemusnahan itu, dengan dibakar menggunakan insinerator.
Dimana mencapai temperatur 850 derajat celsius selama dua detik untuk memecah racun kimia organik.
Residu atau hasil dari pembakaran di insinerator itu berupa abu dan asap yang sudah steril.
"Seluruh masker yang digunakan nantinya juga akan dimusnahkan menggunakan insinerator ini," kata Wahyu.
Gunawan Wahyu Nugroho akan berada di Pulau Sebaru selama 14 masa observasi corona bersama anak buahnya.
Wahyu dan bawahannya akan kontak langsung dengan 188 Warga Negara Indonesia yang diobservasi di Pulau Sebaru.
Baca: VIRAL Bayi Tunjukkan Wajah Marah saat Dilahirkan, Dokter Berkali-kali Mencoba Buatnya Menangis
Baca: Sekda DKI: Kondisi Banjir Dinikmati Saja, Tidak Ada Satu pun Gubernur Luput dari Masalah Banjir
Tapi, Gunawan tidak merasa takut karena melakukan observasi standar prosedur dari World Health Organization (WHO).
"Kita prinsipnya kalau sesuai prosedur ngapain mesti takut, ini tantangan. Kalau tidak ada yang mau siapa lagi? Ini kan warga kita," ujar Wahyu.
Menurut Wahyu, virus corona COVID-19 tidak akan mudah meluas di iklim tropis, seperti di Indonesia.
Selama dua jam di benda padat virus itu akan mati.
Hal terpenting, kata dia, adalah menjaga kebugaran. Agar tidak mudah terkontamintasi oleh virus corona.
"Prinsipnya sebetulnya, intinya bugar. Bugar berarti bukan harus olahraga terus. Jangan sampai faktor kelelahan itu menurunkan faktor imunitas. Dia tetap bugar, teman-teman akan kontrol untuk menu dan lain-lain kita lihat," kata dia.
Wahyu memastikan apa yang dikerjakan oleh Tim Kesehatan akan mengacu pada standar WHO. Terutama saat menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Baca: Tangisan Vitalia Sesha Bertemu Ayah Ibunya, Janji Tak Akan Pernah Lagi Konsumsi Narkoba
Baca: Bukan Conor McGregor, Ini Lawan yang Disebut Khabib Nurmagomedov Jauh Lebih Tangguh
"Ya kita pakai APD, karena angin kencang dan lain-lain. Kita menggunakan safety," kata dia.
Perwira Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I Letkol Ampu Prionggoro memastikan persiapan untuk observasi sudah hampir rampung.
"Sebagaimana disampaikan oleh Panglima TNI bahwasanya semua persiapan dalam rangka memyambut kedatangan WNI sudah siap," kata Ampu.
Ampu menjelaskan area observasi di Pulau Sebaru memang berbeda dengan di Pulau Natuna.
Jika di Natuna berbentuk hanggar, sedangkan di Pulau Sebaru bangunan.
KRI dr Soeharso juga tidak bersandar di daratan Pulau Sebaru.
Sebanyak 188 WNI akan dipindahkan dari KRI dr Soeharso ke kapal-kapal ukuran kecil, sehingga bisa mendarat di dermaga.
Baca: Amerika Serikat Tunda KTT ASEAN di Las Vegas Imbas dari Virus Corona
Baca: Kronologi Pengungkapan Prostitusi di Sunter, Polisi Menyamar Berpura-pura Jadi Pelanggan
"Setelah kapal tiba dari KRI dr Soeharso, kapal besar tidak bisa bersandar mungkin akan menggunakan kapal-kapal ukuran kecil yang akan mendarat di dermaga. Sebelum masuk dicek dilihat oleh Tim Kemenkes, kemudian itu pun tidak langsung masuk melalui beberapa tahapan," ujarnya.
Sementara kegiatan sehari-hari 188 WNI hampir sama dengan observasi di Pulau Natuna.
"Bangun pagi, salat subuh bagi yang muslim, kemudian dilanjutkan dengan olahraga pagi sama seperti yang lainnya yang intinya olahraga tapi tidak membuat mereka lelah, tetap fresh, mereka senang dan bahagia," ucap Ampu.
Ampu memastikan area di Pulau Sebaru akan disterilisasi dan dijaga oleh TNI dan Polri
"Ini jelas ketika kita masuk ke sini (Pulau Sebaru) ring 1, ini akan dijaga unsur dari TNI, mungkin di dermaga ada dari kepolisian, TNI AL, sama-sama berjaga," ujar Ampu.
Warga Menolak
Sejumlah orang yang mengatasnamakan warga Kepulauan Seribu berunjuk rasa di depan kantor Gubernur Anies Baswedan, Balai Kota DKI, Jakarta Pusat.
Baca: Viral Perempuan asal Indonesia Positif Terkena Virus Corona, Nekat Main Tik Tok di Rumah Sakit
Baca: Gelar Muktamar Pemuda PBB, Yusril Ingin Kaderisasi Anggota Partai Jadi Pemimpin Bangsa
Merela menyuarakan permintaan kepada Presiden RI Joko Widodo dan Gubernur DKI untuk meninjau ulang pemilihan Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu sebagai lokasi observasi 188 WNI Kapal World Dream.
"Kita hanya minta untuk meninjau ulang keputusan observasi di Pulau Sebaru. Kita minta observasi tetap dilakukan di KRI Soeharso," kata Ketua DPD II KNPI Kepulauan Seribu Lukman Hadi.
Mereka menuangkan aspirasinya pada karton ukuran 40 cm x50 cm, bertuliskan "Observasi di Atas Kapal", "Tinjau Ulang Observasi di Kepulauan Seribu", "Kami Minta Jaminan Kesehatan".
Jika pemerintah pusat tetap bergeming, Lukman mengatakan pihaknya hanya bisa menerima keputusan itu tapi dengan sejumlah catatan.
Catatan itu dituangkan dalam surat terbuka yang ditujukan kepada Jokowi, Anies, Menteri PMK, hingga Menteri Kesehatan.
Pertama, warga Kepulauan Seribu meminta pemerintah pusat dan daerah memberi jaminan kesehatan semisal fasilitas posko, serta alat pendukung agar masyarakat di wilayah terdekat dapat mendeteksi virus corona (COVID-19).
Baca: Pengakuan Vidi Aldiano Deg-degan Dampingi BCL Nyanyi setelah Ashraf Sinclair Meninggal
Baca: BREAKING NEWS: Pesawat Garuda Tiba di Bandara Haneda Tokyo Jepang Jemput Kru Diamond Princess
Lalu, meminta Kementerian Kesehatan membuka fakta dan data 188 WNI yang diobservasi.
Kemudian mereka juga meminta pemerintah pusat memberikan garansi keamanan terkait kelangsungan sektor pariwisata yang selama satu dekade menjadi sumber ekonomi masyarakat selain perikanan.
"Kita minta pemerintah menyiapkan dokter, psikiater untuk di tempatkan di pulau-pulau berpenduduk. Serta alat pendeteksi dini. Harus ada pendeteksi, kenapa? Itu sebagai upaya pencegahan akibat observasi yang ada di sana," ujarnya.(Tribun Network/dan/nis/wly)