Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, menegaskan kasus postif virus corona (covid-19) dilakukan perawatan intensif, yakni dengan isolasi di rumah sakit-rumah sakit. Adapun isolasi yang dimaksud di sini yakni bukan isolasi berkonotasi negatif.
"Dari pengalaman yang kita dapatkan, baik dengan mempelajari kasus yang ada di global maupun yang kita alami sekarang ini, sebagian besar kasus covid-19 baik yang suspect maupun yang positif, tidak jatuh pada kondisi berat yang kemudian membutuhkan peralatan-peralatan yang canggih, ventilator atau alat-alat lainnya," kata Juru Bicara Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto, di Kantor Kepresidenan, Jakarta Pusat, Minggu (8/3/2020).
Yuti pun memaparkan kondisi 4 pasien positif virus corona yang kini tengan diisolasi. Keempat pasien atau kasus tersebut tak membuuthkan alat-alat canggih ketika diisolasi.
"Tak membutuhkan oksigen, infus. Hanya dibutuhkan isolasi, ruang untuk memisahkan dari orang lain, agar tidak memiliki potensi penularan," lanjutnya.
Baca: Perempuan Masih Alami Diskriminasi Terkait Hak Kesehatan Reproduksi dan Perannya dalam Masyarakat
Baca: Detik-detik Pertemuan Raffi Ahmad & Yuni Shara Dibongkar Kristina, Ada Salam Tak Tersampaikan
Baca: Orangtua Siswi SMP yang Bunuh Bocah 6 Tahun Diperiksa, Polisi Cecar Pertanyaan soal Kebiasaan Pelaku
Baca: Kasus Corona di Indonesia Bertambah 2, Total 6 Orang Positif, 5 di Antaranya dari Klaster Grup Dansa
Bahkan, ada sebah video dari Cina yang telah dipelajari oleh banyak negara, termasuk Indonesia, dalam kaitan isolasi kasus positif virus corona.
"Itu kan hanya sebuah aula ruang besar yang kemudian dipasang tempat tidur. Dikumpulkan di sana karena memang seluruhnya positif, jadi bukan kemudian dikonotasikan setiap pasien selalu membutuhkan ruang isolasi tekanan negatif dengan peralatan-peralatan yang demikian kompleks," ujar Sesditjen P2P Kementerian Kesehatan itu.
Peralatan-peralatan canggih, dikatakan Yuri, dibutuhkan, jika pasien positif menderita penyakit lainnya, atau diistilahkan comorbid.
"Misalnya pasien dengan gagal ginjal, paru obstruksi yang menahun, diabetes, jantung yang kronis, maka alat-alat pelayanan itu bukan untuk covid19, tetapi karena kondisinya memburuk, sehingga daya tahan tubuhnya turun. Maka penyakit comorbidnya inilah yang kemudian membutuhkan peralatan-peralatan itu," pungkasnya.