TRIBUNNEWS.COM - Indonesia tidak menerapkan sistem lockdown atau karantina skala besar saat virus corona mewabah.
Pengamat Kebijakan Publik Perkumpulan Prakarsa, AH Maftuchan, menyebut tindakan pemerintah sejauh ini sudah tepat.
Maftuchan menyorot kebijakan pemerintah untuk menyetop akses kunjungan dari dan ke China, Italia, hingga Korea Selatan.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkapkan Maftuchan dalam tayangan Sapa Indonesia Malam, unggahan YouTube KOMPASTV, Jumat (13/3/2020).
"Apakah kemudian perlu dilakukan lockdown, penutupan Indonesia, tidak boleh keluar, tidak boleh masuk, hanya di Indonesia saja?" tanya pembawa acara Aiman Witjaksono.
Bagi Maftuchan, tindakan pemerintah sudah tepat untuk menutup akses dari dan ke beberapa negara, dan bukan dengan lockdown.
"Saya rasa apa yang sudah dilakukan pemerintah dengan menutup mobilitas dari beberapa negara, China, Iran, Italia, Korea Selatan, menurut saya sudah tepat," ujar Maftuchan.
Baca: Alasan Indonesia Tak Lockdown karena Corona, Jubir: Isolasi Diri
Baca: Tak Tutup Tempat Ramai saat Corona Mewabah, Jubir: Rakyat Pandai
Daripada lockdown, Maftuchan menyarankan pemerintah untuk terus memantau negara mana saja yang berpotensi memiliki jumlah pasien virus corona yang melonjak.
"Dan pemerintah perlu terus memonitor beberapa negara yang lain yang berpotensi ada peningkatan yang sangat tajam untuk kemudian nanti juga ditutup," kata Maftuchan.
"Amerika sudah mengumumkan menutup dari dan ke seluruh Uni Eropa," sambungnya.
Selain itu, Maftuchan menyebut pemerintah juga harus memperhatikan dampak virus corona lainnya seperti perekonomian.
"Dan menurut saya yang perlu diantisipasi adalah kondisi non-kesehatan, terkait dengan dampak-dampak turunannya," pungkasnya.
Berikut video lengkapnya:
Tolak Lockdown
Juru Bicara Pemerintah terkait Virus Corona, Achmad Yurianto, membeberkan alasan mengapa Indonesia tidak menerapkan lockdown.
Yurianto menyinggung soal isolasi diri dalam konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (12/3/2020).
Dilansir Tribunnews.com, hal itu diungkapkan Yurianto dalam tayangan YouTube KOMPASTV, Kamis.
Menurut Yurianto, tindakan lockdown malah membuat tindakan penanganan virus corona tidak maksimal.
"Kita tidak akan membuat opsi lockdown. Karena kalau di-lockdown kita malah tidak akan bisa berbuat apa-apa," ujar Yurianto.
Namun keputusan tidak akan lockdown itu nantinya akan melibatkan jajaran menteri demi keputusan final.
"Tetapi tentunya ini akan menjadi keputusan bersama yang akan segera dikoordinasikan di tingkat kementerian," kata Yurianto.
Baca: Ahli China Sebut Pandemi Virus Corona akan Mereda pada Juni 2020
Baca: Terisolasi 1 Hari Bersama Mayat Positif Corona, Aktor Luca Franzese: Italia Telah Menelantarkan Kita
Kini pemerintah tak hanya mempersiapkan penanganan pasien virus corona di rumah sakit negeri namun juga swasta.
"Rumah sakit pasti akan kita kejar semua. Sekarang tidak hanya rumah sakit pemerintah, tidak hanya rumah sakit TNI/Polri, BUMN," ungkap Yurianto.
"Tetapi rumah sakit swasta pun banyak kapasitasnya yang bisa digunakan dan ikut berperan," sambungnya.
Bagi Yurianto, orang yang positif virus corona tidak semuanya dalam kondisi lemah tak berdaya, namun masih bisa beraktivitas layaknya orang sehat.
Sehingga, menurutnya yang paling penting dilakukan adalah isolasi diri.
"Karena kalau kita lihat, pada pergerakan penyakit ini tidak seluruhnya jatuh pada kondisi severe, berat, membutuhkan peralatan," ungkap Yurianto.
"Justru sebagian besar kita lihat dari kasus yang ada, sebagian besar dari mereka dalam posisi kondisi sakit yang ringan/sedang," sambungnya.
"Oleh karena itu yang paling penting adalah melaksanakan isolasi."
Yurianto menyebut penerapan isolasi diri di India bisa dijadikan contoh.
Di mana warga yang sudah terinfeksi diberi pembinaan dan pengawasan sehingga bisa melakukan isolasi diri di rumah.
"Di beberapa negara yang sudah melaksanakan ini dan terlihat bagus, misalnya di India, untuk kasus positif tanpa gejala, maka mereka melaksanakan self-isolated, jadi tidak di rumah sakit," terang Yurianto.
"Mereka diminta untuk melakukan isolasi dirinya sendiri di rumah tentunya dengan edukasi, dan ini di bawah supervisi pengawasan dari Puskesmas," tuturnya.
Yurianto yakin masyarakat Indonesia mampu untuk melakukan pengendalian penyebaran virus corona ini.
"Artinya mereka kita pastikan mampu mengendalikan sebaran yang mungkin muncul dari keberadaan dia di situ," ujarnya.
Baca: Langkah Antisipasi Virus Corona yang Sudah Menyebar ke 127 Negara
Baca: Kasus Corona Pertama di Dunia Ditelusuri, Terpapar 17 November 2019
Kegiatan di Tempat Ramai Tak Dilarang
Yurianto menyebut pemerintah sudah menerbitkan imbauan melalui Kantor Staf Presiden soal virus corona.
Yurianto menganggap masyarakat Indonesia sudah menyadari dan bisa menghindari pertemuan atau tindakan berkumpul di tempat ramai.
"Pertemuan-pertemuan saya pikir semuanya sudah menyadari itu, sudah ada panduan oleh KSP, beberapa saat yang lalu," ujar Yurianto.
"Dan masyarakat kita sudah cukup pandai untuk menghindarkan itu," sambungnya.
Yurianto menyebut masyarakat mungkin hanya berkumpul dengan orang yang tidak terlalu banyak.
"Kalau pun ada pertemuan, ya mungkin tidak kemudian dengan massa yang demikian padat," kata Yurianto.
Yurianto membeberkan kondisi kantornya yang kini lebih banyak melakukan komunikasi dengan daerah melalui gadget.
"Dan kemudian kalau di kantor, yang saya tahu betul di kantor saya, sekarang banyak sekali rapat dengan daerah yang dilaksanakan dengan menggunakan video conference," terang Yurianto.
"Kalau itu kan enggak ada masalah, teknologi kita sangat memungkinkan untuk melakukan itu."
"Toh pertemuan itu tidak akan dihadiri orang yang terlalu banyak untuk mengambil sebuah keputusan," paparnya.
Berikut video lengkapnya:
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)