News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pakar Statistika UGM Prediksi Penyebaran Wabah Virus Corona Berakhir 29 Mei 2020

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Kapan berakhirnya wabah virus corona, menjadi pertanyaan semua orang.

Lantaran Virus Corona yang menyebabkan COVID-19 ini telah mempengaruhi semua sendi kehidupan hingga mengancam perekonomian dan keamanan negara.

Sejumlah pakar pemodelan matematika dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyampaikan hasil prediksi optimis terhadap masa penyebaran wabah virus corona Covid-19.

Para ahli yang terlibat dalam prediksi dengan pemodelan tersebut adalan Guru Besar Bidang Statistika UGM, Prof Dedi Rosadi yang juga berlaku sebagai penanggung jawab, lalu alumni FMIPA UGM, Heribertus Joko Kristadi, dan pengarang Worry Marketing sekaligus alumni PPRA Lemhanas RI, Dr Fidelis I Diponegoro.

Model tersebut mereka namakan model probabilistik yang didasari atas data yang nyata atau probabilistik data-driven model (PDDM).

Prediksi tersebut memperkirakan pandemi covid-19 di Indonesia akan berakhir 29 Mei 2020, dengan maksimum total penderita Covid-19 positif adalah sekitar 6.174 kasus.

Diperkirakan penambahan maksimum total penderita Covid-19 per hari adalah di sekitar minggu kedua April 2020, yakni sekitar 7 sampai 11 April 2020.

Dengan penambahan lebih kurang 185 pasien per hari dan diperkirakan akan terus menurun setelahnya.

Berdasarkan data yang ada diperkirakan pandemi akan berakhir lebih kurang 100 hari setelah 2 Maret 2020 atau sekitar 29 Mei 2020 sehingga maksimum total penderita Covid-19 positif adalah sekitar 6174 kasus.

Baca: Tya Ariestya Ultah ke-34, Terima Karangan Bunga Uang Rp 50 Ribuan, akan Dibelikan Sembako untuk Ojol

Baca: Facebook dan Twitter Hapus Postingan Pimpinan Dunia Terkait Corona, Dinilai Sebar Informasi Palsu

Dedi mengatakan, sejak pertengahan Mei 2020, penambahan total penderita sudah relatif kecil.

Berdasarkan hasil ini, disarankan ritual mudik Lebaran tidak dilakukan dan kegiatan tarawih di masjid selama Ramadan ditiadakan, yakni intervensi ketat oleh pemerintah melalui parsial lockdown dan penjarakan fisik yang ketat terus dilakukan sampai pandemi benar-benar berakhir di awal Juni 2020.

Prediksi yang dikemukakan tersebut didasari atas data penderita sampai Kamis (26/3/2020) dan diasumsikan telah adanya intervensi ketat dari pemerintah sejak minggu ketiga Maret 2020 dan intervensi ini telah berhasil.

Lebih lanjut, efek pemudik dari kota besar yang terdampak Covid-19 selama masa diberlakukannya aturan penjarakan fisik sejak minggu ketiga Maret 2020 diasumsikan tidak signifikan.

Model ini juga masih membatasi bahwa efek-efek eksternal lainnya, semisal suhu udara, jumlah populasi, dan kepadatan penduduk diasumsikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah penderita.

Dedi menjelaskan, model yang mereka gunakan adalah model teori antrean.

Model tersebut mengasumsikan proses pasien datang ke rumah sakit sebagai penderita Covid-19 positif mengikuti proses antrean Markovian.

Setelah dilakukan pencocokan model terhadap data total penderita Covid-19 positif maka Dedi dan tim mampu menjelaskan banyak fenomena penting berdasarkan model yang mereka gunakan.

Baca: Strategi Menkumham agar Rutan dan Lapas Bebas dari Virus Corona

Baca: Mahfud MD: Pemda Diberi Keleluasaan Tangani Corona Tapi Harus Kompak dengan Pemerintah Pusat

Model PDDM merupakan penyempurnaan dari model statistika dasar yang dikembangkan oleh Heribertus Joko Kristadi.

Dedi menyatakan, bersama sejumlah mahasiswa S3 bimbingannya, model PDDM telah dicoba dan dibandingkan dengan berbagai model statistika, pembelajaran mesin (machine learning), dan runtun waktu seperti kurva Gompertz, Logistic model, Model Eksponensial, ARIMA, dan lain lain.

Namun, menurutnya model PDDM ini lebih baik untuk menggambarkan total data penderita Covid-19.

"Alasan pertama, model PDDM meskipun sederhana tetapi mampu memberikan akurasi prediksi satu harian ke depan yang sangat baik. Sebanding dengan kemampuan prediksi model machine learning yang kompleks," ungkap Dedi.

Alasan kedua, sambung dia, model PDDM juga memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh model-model lain yang diuji dan dikembangkan sebelumnya.

Berdasarkan model PDDM, Dedi mengklaim, rata-rata eror kesalahan prediksi selama dua minggu terakhir hanyalah sebesar 1,5 persen.

"Setelah diujikan prediksi selama empat hari terakhir sejak Kamis (26/3/2020) model ini ternyata sangat akurat, dengan eror yang dihasilkan selalu di bawah 1 persen, yakni maksimum sebesar 0.9 persen dan minimum 0.18 persen," papar Dedi.

Keunggulan lainnya dari model PDDM ini adalah kemampuannya untuk memprediksikan waktu terparah dan waktu berakhirnya pandemi Covid-19 di Indonesia.

Menurut Dedi dan tim, model PDDM ini akan terus diperbarui setiap hari sehingga prediksi dari model akan betul-betul mencerminkan perubahan dari data yang ada.

Lebih lanjut, kajian yang mereka sampaikan didasari oleh skenario optimis, namun dapat pula digunakan untuk menguji berbagai skenario akibat intervensi dan/atau pengaruh faktor-faktor penting eksternal.

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kapan Virus Corona Berakhir? Seperti Ini Prediksi Para Pakar Statistika UGM

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini