TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Imam Prasodjo meminta masyarakat mewaspadai munculnya wabah kelaparan di tengah pandemi corona.
Dirinya berharap Indonesia tidak mendapatkan musibah baru dalam bentuk wabah kelaparan.
"Jangan sampai musibah ingin menghindar dari corona terus justru datangkan musibah baru yaitu kelaparan. Kami tak rela negeri ini, saudara kita karena ingin hindari virus tapi kemudian dia keancam oleh kelaparan itu," ujar Imam di Kantor BNPB, Jakarta, Kamis (23/4/2020).
Imam mengatakan masyarakat perluk untuk melakukan gerakan solidaritas kepada sesama yang terimbas akibat pandemi corona.
"Solidaritas kepada orang yang terimbas, solidaritas pada mereka yang terhenti nafkahnya, karena kita lakukan PSBB itulah yang seharusnya kemudian digalang," ucap Imam.
Dirinya juga meminta masyarakat mematuhi aturan pemerintah melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kedisiplinan masyarakat, menurutnya merupakan cara untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona di Indonesia.
Kekhawatiran PBB
Dunia terancam dilanda bencana kelaparan berskala besar seperti kisah "Alkitab" akibat pandemi virus corona, sebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
David Beasley, kepala World Food Programme (WFP), menegaskan aksi cepat diperlukan untuk menghindari bencana tersebut.
Sebuah laporan mengestimasi bahwa jumlah orang yang menderita akibat kelaparan bisa melonjak dari 135 juta jiwa menjadi 250 juta jiwa.
Orang-orang yang paling terpapar risiko kelaparan berada di 10 negara yang tengah mengalami konflik, krisis ekonomi, dan perubahan iklim, sebut WFP.'
-
Baca: Tangis Haru Pria Ditolong Polisi setelah Ketahuan Terpaksa Curi Beras Saking Kelaparan
-
Baca: Kronologi Seorang Ibu di Banten Meninggal Diduga Karena Kelaparan di Tengah Wabah Corona
Pemaparan WFP yang tercantum dalam Laporan Krisis Makanan Dunia menyoroti Yaman, Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Venezuela, Ethiopia, Sudan Selatan, Sudan, Suriah, Nigeria, dan Haiti.
Di Sudan Selatan, seperti dijabarkan laporan tahunan tersebut, sebanyak 61% penduduknya terdampak krisis makanan tahun lalu.