Ia pun mengira pakaian hazmat tersebut untuk menangani virus seperti MERS. Tapi setelah bertemu dengan pihak WHO barulah dijelaskan jika pakaian tersebut untuk pakaian alat pelindung diri dari virus korona.
Untuk bahan hazmat, Koh Steven mengimpor dari Jepang, sedangkan mesinnya ia impor dari Tiongkok.
Koh Steven kemudian belajar dari teman-teman di WHO tentang caranya sanitizing, sterilisasi, dan bagaimana memasukkannya ke dalam bahan. Terus ia belajar tentang berbagai jenis UV.
Kini, ada 70 lebih penjahit yang membantu memproduksi ribuan hazmat. Mesin-mesin jahit yang diimpor itu ditaruh di rumah si penjahit agar mudah dikerjakan.
Koh Steven menanggung biaya listrik rumah, termasuk juga membayar puluhan penjahit tersebut.
Para penjahit ini bekerja lebih dari 12 jam dan ongkos lemburnya tidak dibayar.
Selain memproduksi hazmat, ia pun memasang surgical gown untuk 43 ribu pakaian alat pelindung diri (APD) yang belum berstandar WHO. “Para petugas medis meminta agar kami memasangkan surgical gown di bagian dalam hazmat agar virus korona tak bisa tembus,” tuturnya.
Ia pun menyumbang 80 ribu liter hand sanitizer, ribuan paket sembako, dan makanan siap saji untuk orang-orang yang terdampak pandemi Covid-19.
Hingga kini, total paket sembako yang telah dibagikan mencapai sebanyak 120 ribu paket. Sedangkan total paket makanan siap santap yang dibagikan gratis ke seluruh Indonesia sebanyak 560 ribu paket.
"Kami berusaha untuk membantu warung-warung makan lokal agar tetap survive dengan cara order masakan dari mereka untuk dibagikan ke orang-orang yang membutuhkan. Makanan gratis siap saji tersebut kami peruntukkan bukan hanya untuk kaum muslim saja, tetapi semua orang yang membutuhkan uluran tangan kita,” kata dia.
Dia berharap langkahnya dapat diikuti oleh orang banyak.
Sebab, ia memprediksi wabah ini akan berlangsung lama dan akan semakin banyak warga terdampak hingga tidak memiliki makanan.
"Aku berharap gerakan ini diduplikasi oleh orang lain, karena kapasitasku ini akan berakhir, pasti ada ujungnya dan ini akan menjadi panjang dan lama. Orang lapar pasti ada terus," katanya. (tribun jabar/Nazmi Abdurahman).