"Inklusi untuk semua adalah apa yang akan membuat kita lebih baik," demikian bunyi pernyataan dari Unilever Global dalam akun Instagram.
Baca: Kisah 4 Cewek LGBT, Mau Pacaran Bareng Naik Taksi Online, Habisi Sopir Karena Tak Cukup Ongkos
Baca: Cewek LGBT 15 Tahun Ini Otaki Pembunuhan Sopir Taksi Online, Sudah Punya Niat Membunuh Saat di Jalan
Ditolak Warganet
Dukungan Unilever terhadap kaum LGBT sontak menuai reaksi dari warganet.
Postingan pada Jumat (19/6/2020) itu telah mendapatkan komentar lebih dari 19 ribu orang.
Warganet menyatakan penolakan keras budaya LGBT karena menyalahi aturan agama Islam.
Kebanyakan dari mereka menyuarakan hasrat kompak untuk memboikot produk Unilever.
Baca: Aktivis Pertanyakan Dasar RUU Ketahanan Keluarga Sebut LGBT sebagai Penyimpangan Seksual
Baca: Marak Diskriminasi, Kamboja Didik Murid Sekolah Soal LGBT+
"Ayo boikot produk Unilever, Insya Allah siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikan yang lebih baik."
"Jadi yakin aja pasti ada kok produk-produk lain selain produk Unilever atau nggak kita sendiri bisa memulai membuat produk-produk yang bisa menyaingi Unilever #BoikotUnilever," tulis @al.bugizy.
"Saya Islam dan ngga ngedukung LGBT,tapi bukan berarti kita harus menghakimi mereka juga, itu bukan urusan kita ,kita bukan Tuhan, lagian mereka juga ngga ngejual produk haram kan?"
"Mereka juga ngehargai agama kita, apa salahnya cuma saling ngehargai dengan cara diem aja," tulis @littleinsten.
Komentar serupa juga tampak pada unggahan terakhir akun Instgram Unilever Indonesia @unileveridn, Sabtu (20/6/2020).
Baca: Sumbang Populasi LGBT Terbesar Indonesia, Wagub Sumatera Barat: Tidak Ada Toleransi bagi Mereka
Baca: Nasib Pilu Para Korban Predator LGBT Reynhard Sinaga, Depresi, Trauma Hingga Berniat Bunuh Diri
Tanggapan Unilever Indonesia
Diberitakan Tribunnews.com, Menanggapi ramainya komentar warganet yang menyerukan akan memboikot produk Unilever tersebut, pihak Unilever Indonesia akhirnya buka suara buka suara.
"Unilever beroperasi di lebih dari 180 negara dengan budaya yang berbeda."