Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, menilai aktivis anti korupsi dan pegawai KPK masih rentan menjadi korban teror orang tidak dikenal.
Menurut dia, hal ini, terjadi karena tidak adanya keseriusan pemerintah mengungkap kasus-kasus itu.
Mantan anggota Polri itu merujuk data dari Wadah Pegawai KPK, di mana terdapat 10 kasus teror yang menimpa pegawai dan pimpinan KPK yang sampai saat ini belum terungkap.
“Apakah karena sulit atau tidak ada bukti? Tidak. Banyak pelaku yang dikenali korban dan beberapa pelaku ada record atau terdokumentasi CCTV, dan lain-lain.
Baca: Kembali Minta Penyiram Air Keras Dibebaskan, Novel Baswedan: Lebih Baik Melepas 1000 Orang Bersalah
Baca: Dianggap Kasus Pribadi, Novel Baswedan Diminta Kembalikan Biaya Pengobatan Rp 3,5 Miliar
Baca: Penyidik KPK Novel Baswedan Tak Menaruh Harapan di Sidang Putusan Penyiraman Air Keras
Seharusnya, pengungkapan kasus tidak sulit. Tetapi, tidak juga dilakukan,” kata dia, di sesi diskusi “Komitmen Pemerintah Terhadap Perlindungan Pejuang Anti Korupsi, yang digelar BEMFHUNPAD, Sabtu (4/7/2020).
Dia mengingatkan kewajiban pemerintah untuk melindungi aparat negara yang bertugas memberantas tindak pidana korupsi.
Hal ini tercantum di United Nations Convention Against Corruption (UNCAC) atau panduan dalam melaksanakan pemberantasan korupsi.
“Negara harus serius dan konsisten memberantas korupsi,” ujarnya.
Sebab, menurut dia, apabila terjadi pembiaran terhadap orang yang melakukan tindak kekerasan terhadap aktivis anti korupsi dan pegawai KPK, maka bukan tidak mungkin hal serupa akan kembali terulang.
“Yang berbahaya ternyata orang melakukan serangan tidak pernah diproses. Justru dibiarkan. Ini teror bagi orang yang memilih berjuang memberantas korupsi.
Orang berjuang (memberantas korupsi,-red) mendapat serangan fisik, psikologis dan banyak (pegawai,-red) KPK yang dikriminalisasi,” ujarnya.
Dia mencontohkan salah satu serangan itu adalah penyiraman air keras yang dialaminya sewaktu pulang setelah menunaikan ibadah Shalat Subuh di masjid dekat rumahnya di Kelapa Gading, pada April 2017.