WABAH Covid-19 ikut mempengaruhi program kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendestrans).
Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani memangkas anggaran kementerian hingga tinggal sepertiga dari semula, namun tidak termasuk dana desa karena merupakan komitmen Presiden Joko Widodo.
Akibat wabah Covid-19 ada realokasi terhadap dana desa, di antaranya untuk bantuan tunai bagi warga desa terdampak Covid-19 dan upaya pencegahan penyebaran virus mematikan tersebut.
Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendestrans) Budi Arie Setiadi menyebut dana desa tetap digulirkan tanpa pemangkasan agar pereknomian di desa tetap dapat berputar.
"Dana desa tidak dikurangi, hanya dilakukan realokasi terkait Covid-19. Presiden punya komitmen dana desa harus tetap sampai desa. Fungsinya menjaga daya beli masyarakat desa. Jadi tidak bisa dihilangkan," ujar Budi Arie dalam wawancara khusus di kantor Tribun Network, Jakarta, Kamis (16/7/2020).
Berikut cuplikan wawancara dengan Budi Arie, yang juga Ketua Umum Pro-Jokowi (Projo), relawan yang mendukung Joko Widodo sejak Pemilihan Presiden 2014.
Bagaimana pemangkasan anggaran di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi?
Pemangkasan anggaran akibat Covid-19 ini gila-gilaan. Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati) memangkas semua pengeluaran yang dianggap berat untuk dieksekusi.
Kami di Kemendestrans dipotong hingga tinggal sepertigaan, tentu tidak termasuk dana desa ya. Prinsipnya, kalau desanya maju, pasti Indonesia maju. Nggak mungkin Indonesia maju tanpa desa yang maju.
Di republik ini ada 74.953 desa yang harus kami sentuh secara baik karena memang desa ini adalah harapan kita. Singapura itu saat ini pertumbuhan ekonominya anjlok jadi minus 12 persen karena nggak punya desa.
Baca: Wamendes Budi Arie: Dari Awal Sikap Jokowi Jelas Menolak RUU HIP
Indonesia di kuartal kedua ini minus 4,2 persen. Mudah-mudahan di kuartal ketiga ini bisa lebih terkontrol dan kuartal keempat bisa tumbuh. Jadi penentunya di kuartal ini.
Kok Anda tiba-tiba ditunjuk jadi Wakil Menteri Mendestrans itu bagaimana? Anda kan sebelumnya tidak pernah bersentuhan dengan desa?
Jadi begini, waktu pengumuman kabinet itu Pak Prabowo masuk (kabinet). Malam sebelumnya saya bertemu Presiden bersama relawan di istana. Pak Presiden minta persetujuan, bagaimana kalau Pak Prabowo masuk kabinet.
Saya masih berupaya melobi Presiden. Saya katakan kalau bisa Pak Prabowo jangan ditempatkan sebagai Menteri Pertahanan (Menhan). Sebenarnya kami (Projo) nggak marah, nggak ngambek. Kami hanya bersikap saja.
Kami bilang, kalau sudah nggak diperlukan (oleh Jokowi), kami back to home, kembali ke aktivitas masing-masing.
Lalu diplesetkan macam-macam. Dibilang mengancam bubar lah atau apa lah. Sampai akhirnya pada 24 Oktober 2020 malam saya diberitahu agar membantu menjadi wakil menteri (wamen).
Saya tanya jadi wamen apa? Apa jadi Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan), ya ketawa Pak Presiden.
Baca: Wamendes Budi Arie Sebut Covid-19 Beri Pelajaran Betapa Pentingnya Data Kependudukan
Keesokan harinya, saya dipanggil ke istana dan diminta menjadi Wamendestrans. Saya siap grak saja. Saya nggak pernah minta lho.
Awalnya agak aneh, saya ini anak kota lalu diminta ngurus desa. Namun saya senang karena mengurus rakyat.
Saya tinggal di desa itu ketika umur 3 sampai 5 tahun. Di kampung nenek saya, Grobogan, Jawa Tengah. Sekarang saya merasa senang ketika datang ke desa. Luar biasa, ternyata desa itu bisa membuat orang gampang jatuh cinta.
Apakah Anda merasa klop dan punya chemistry dengan Halim Iskandar sebagai Mendestrans?
Oke lah, kan semuanya untuk negara, bangsa, rakyat. Pak menterinya orang desa (berasal dari Jombang, Jawa Timur), wakilnya orang kota (tumbuh besar di Jakarta).
Saya sudah bilang kepada Pak Menteri, Pak Sekjen, dan kawan-kawan di Kemendestrans, tolong saya dikasih data mengenai kinerja kementerian. Tujuannya, kalau saya ngomong datanya sama.
Sampai sekarang nggak ada lho Pak Menteri ngomong A sedang saya ngomong B. Paling tidak dari sudut data kami satu. Manakala ada dinamika, ya biasa, di mana-mana juga begitu.
Apa pengaruh pandemi Covid-19 terhadap kegiatan Anda?
Yang pasti perubahan cara kerja, termasuk dalam mengeksekusi banyak hal. Sebelum pemerintah memberlakukan work from home (WFH), saya habis dari Sulawesi Utara. Saya juga sudah janji berkunjung ke empat daerah, ya sudah tiba-tiba batal semua.
Pada saat WFH saya banyak mendapat undangan mengisi webinar. Setiap hari ada satu-dua acara webinar, bahkan ada sehari tiga kali.
Yang penting kita tetap bisa berkomunikasi dan bersosialisasi, menyampaikan gagasan-gagasan, termasuk semua dilakukan menggunakan bantuan teknologi digital. (dennis)