Bahkan di negeri komunis Uni Sovyet, Bung Karno mensyaratkan negeri itu mencari dan memugar dulu makam Imam Bukhari sebagai syarat kehadiran Bung Karno ke negeri tersebut.
Begitupun Megawati saat menjabat presiden, secara geopolitik memberikan kritik keras atas aksi unilateral ke Irak tanpa persetujuan PBB.
Saat itu, Yusril adalah Menteri Luar Negeri Ad Interim yang meneruskan kebijakan Megawati itu.
"Masa karena kepentingan politik, kita disebut komunis? Ini perlu kita luruskan, sama seperti Prof Yusril yang punya tradisi intelektual, maka kita pun harus perkuat tradisi intelektual agar tidak mudah dibentur-benturkan," harapHasto.
"Dahulu, M.Natsir, Bung Karno, Bung Hatta dan tokoh pendiri bangsa lainnya, selalu membaca dulu baru bertindak. Sekarang, demo dulu baru membaca, kadang bahkan tidak membaca sama sekali. Makanya jadi banyak energi bangsa terbuang sia-sia," tambahnya.
Apapun itu, Hasto mengatakan pihaknya bersyukur bisa bersama dengan PBB dan parpol lainnya dalam koalisi pendukung Pemerintahan Jokowi-KH Ma'ruf Amin.
Dan pihaknya berharap, dengan kerja sama yang baik dengan PBB dan parpol lain, bisa bersama-sama membumikan Pancasila dalam kehidupan kita.
Begitupun berbagai kerja sama lainnya, termasuk di pilkada serentak 2020.
"Kami mengucapkan selamat milad ke-22 buat PBB. Semoga bintangnya memberikan direksi bagi perjalanan bangsa, dan bulannya memberi kesejukan pada kehidupan bersama kita sebagai satu bangsa," pungkasnya.
Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra lalu mengucapkan terima kasih kepada Hasto dan perwakilan parpol lainnya yang hadir dan turut merayakan Milad PBB.
"Di milad ini, di tengah kesulitan ini, tetaplah kita berkeyakinan, bahwa dibalik kesulitan ini akan ada kemudahan bagi kita semua," kata Yusril.
Sekjen PBB Afriansyah Noor menambahkan pihaknya berkomitmen untuk tetap istiqomah dalam memberi dukungan terhadap Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Kami sungguh berterima kasih atas kehadiran Mas Hasto dan Sekjen lainnya yang hadir dalam milad ini," kata Afriansah Noor.