News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sumber Pangan Lokal Dinilai Mampu Mendukung Pertahanan Nasional

Penulis: Adi Suhendi
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - Petani menata kubis (kol) yang baru dipanen di perladangan kawasan Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (4/7/2020). Hasil panen kubis ini akan dijual ke sejumlah pasar tradisional di Semarang. Kementerian Koperasi dan UKM mendorong koperasi di Indonesia untuk melakukan penghiliran produk pertanian agar dapat mendongkrak pendapatan petani sekaligus meningkatkan ekonomi di pedesaan di masa pandemi Covid-19. Tribun Jateng/Hermawan Handaka

Laporan wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, mengatakan pemanfaatan bahan pangan lokal dapat mendukung pertahanan nasional di sektor pangan.

Menurutnya, pemanfaatan bahan pangan lokal bisa memenuhi kebutuhan gizi masyarakat di Tanah Air agar terhindar dari ancaman stunting.

Baca: Antisipasi Krisis Pangan, UMKM Pangan Didorong Terhubung Ekosistem Digital

Hal tersebut diungkapkan Lestari Moerdijat saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi daring bertema Badan Sehat Gizi Seimbang dengan Diversifikasi Pangan Lokal, yang digelar DPP Garnita Malahayati NasDem, Sabtu (18/7/2020).

"Fenomena stunting yang masih terjadi di Indonesia berpotensi mengganggu pertahanan nasional di masa datang. Peningkatan ketahanan pangan lewat pemanfaatan bahan pangan lokal bisa jadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan stunting," kata Lestari Moerdijat dalam keterangan yang diterima, Minggu (19/7/2020).

Menurut Lestari, membangun pertahanan nasional tidak selalu soal seberapa banyak negara ini bisa membeli alutsista yang canggih dan mutakhir.

Lebih dari itu, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari, kemandirian dalam menyediakan pangan buat warga juga bagian dari membangun pertahanan nasional.

Menurut politikus NasDem tersebut, kemandirian dalam menyediakan pangan saat ini menjadi penting mengingat masih tingginya persentase stunting di Indonesia.

Meskipun berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019, telah terjadi penurunan prevalensi stunting dari 30,8% pada tahun 2018 menjadi 27,67% pada 2019.

Namun, angka tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan target pravalensi stunting dari WHO yaitu di bawah 20%.

Upaya pemerintah untuk menekan tingginya angka stunting harus dilakukan dengan konsisten dan terukur.

Karena stunting berpotensi menurunkan daya saing SDM nasional. 

"Bagaimana bisa bersaing di kancah global bila anak-anak kita secara fisik dan otak pertumbuhannya tidak sempurna karena generasi penerusnya kekurangan gizi dan stunting," ujarnya.

Lebih lanjut, Rerie menegaskan di masa pandemi ini kekurangan pasokan beras tidak bisa berharap sepenuhnya ditutupi  impor dari negara lain.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini