TRIBUNNEWS.COM - Kompas Gramedia bakal menggelar peringatan 100 tahun lahirnya salah satu pendiri Kompas, P.K. Ojong, Sabtu (25/7/2020).
Untuk diketahui, P.K. Ojong mendirikan Kompas Gramedia bersama dengan Jakob Oetama.
Dalam peringatan 100 tahun lahirnya P.K. Ojong nanti serangkaian kegiatan bakal digelar mulai dari talkshow, webbinar hingga pemberian diskon buku karya P.K. Ojong.
CEO Kompas Gramedia, Lilik Oetama mengatakan PK Ojong tidak sekedar wartawan, tapi juga seorang guru.
"P.K. Ojong adalah wartawan, cendekiawan sekaligus guru bagi kita semua."
"Kisah hidupnya yang sarat teladan kerja keras, bertanggung jawab, peduli terhadap sesama serta karyawan serta berintegritas patut diketahui dan terus dihidupi lintas generasi."
"Zaman dan bentuk boleh berubah, namun prinsip tetap sama," kata Lilik, Selasa (21/7/2020).
Semasa hidupnya, P.K. Ojong turut menaruh perhatian pada pendidikan, lingkungan, kualitas pangan, budaya, dan kepedulian sosial.
Ia mencatatkan sejumlah peran penting sebagai seorang guru sekolah dasar, salah satu pendiri Universitas Tarumanagara, penggagas penghijauan Jakarta era Gubernur Ali Sadikin, kolektor karya seni, hingga menyokong pendirian Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
Rangkaian Kegiatan
Berikut serangkaian kegiatan dalam memperingatai100 tahun lahirnya P.K. Ojong:
1. Diskon hingga 50% untuk pembelian buku karya P.K. Ojong terbitan Penerbit Buku Kompas di gerai Kompas.id periode 20-27 Juli 2020.
2. “Bincang KG: Seabad P.K. Ojong”, edisi khusus internal KG, bersama Redaktur Senior Kompas Rikard Bagun dan Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo.
3. Webinar Penerbit Buku Kompas “Bincang Buku Serial Perang Eropa” karya P.K. Ojong, Sabtu, 25 Juli 2020, pukul 10.00-12.00 WIB.
4. Tulisan spesial redaksi "Seabad P.K. Ojong" yang dimuat di Harian KOMPAS edisi 25 Juli 2020, Kompas.com, dan Tribunnews.
5. LIVE Instagram @hariankompas “Seabad P.K. Ojong: Teladan dari Pendiri Harian Kompas” bersama Jimmy S. "Pak Bo" Harianto (wartawan senior yang sempat dididik oleh P.K. Ojong), Sabtu, 25 Juli 2020, pukul 16.30 WIB.
6. Acara puncak Talk Show "Seabad P.K. Ojong" di KompasTV bersama Redaktur Senior Harian Kompas Rikard Bagun dan Didi Kwartanada, Sejarawan sekaligus voxpop dari kalangan milenial, Sabtu, 25 Juli 2020, pukul 21.00-22.00 WIB.
Profil Singkat P.K. Ojong
P.K. Ojong lahir di Bukit Tinggu, Sumatera Utara pada 25 Juli 1920.
Nama aslinya Auw Jong Peng Koen, dan kemudian lebih dikenal dengan nama Petrus Kanisius Ojong.
Lulus dari sekolah pendidikan guru di Jatinegara, ia mengajar di sekolah bruderan di Jalan Mangga Besar Raya, Batavia.
Baca: Ingat Kesederhanaan PK Ojong, Liliek Oetama: Baju Bolong Terus Dijahit
Tahun 1946 P.K.Ojong memulai karier sebagai wartawan di surat kabar harian Keng Po dan mingguan Star Weekly.
Ia meraih gelar sarjana hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada 1951.
Pada tahun itu pula ia diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah Star Weekly sampai majalah itu diberangus penguasa masa itu pada Oktober 1961.
Tahun 1963, bersama Jakob Oetama, ia mendirikan majalah bulanan Intisari, yang menjadi cikal-bakal Kompas Gramedia.
Karakter pemimpin yang jujur, sederhana, teliti, dan pekerja keras melekat kuat pada sosok P.K. Ojong.
Menurutnya, hasil kerja yang baik hanya dapat dicapai dengan sikap yang disiplin, dapat dipercaya, dan kerja sama.
Teladan itu masih terus diwarisi oleh seluruh lapisan karyawan Kompas Gramedia hingga kini, sebagai pedoman dalam bekerja dan menjalankan roda bisnis perusahaan.
Rubrik Kompasiana yang ia tulis di Harian Kompas menjadi alatnya memberi saran dan mengkritik pemerintah serta membela yang tertindas.
Keberpihakannya kepada orang miskin dan teraniaya jugalah yang mendorongnya untuk menyokong pendirian LBH.
Gagasannya tentang penghijauan Jakarta menghasilkan jalinan relasi yang baik dengan Gubernur DKI masa itu, Ali Sadikin.
Baca: Teladani Ajaran PK Ojong, Liliek Oetama Berharap Koran Kompas Bisa Bertahan Saat Pandemi Covid-19
Selain menjadi wartawan, P.K. Ojong aktif dalam kegiatan sosial untuk kesejahteraan orang-orang kurang mampu.
Cita-citanya sebagai guru maupun wartawan adalah mencerdaskan bangsa, karena itulah, ia bergabung dengan perhimpunan sosial Candra Naya dan ikut mendirikan Universitas Tarumanagara.
Semasa hidup, P.K. Ojong juga menaruh kecintaan pada karya seni.
Ia menghargai karya seni karena sosok karya itu sendiri, bukan atas dasar nilai komersial atau investasi.
Ia membantu seniman dengan membeli karya seni mereka.
Banyaknya koleksi P.K. Ojong itulah dan tujuan mulia melestarikan kesenian rakyat yang mendasari didirikannya Bentara Budaya.
P.K. Ojong berpulang mendadak pada pagi hari 31 mei 1980.
Warisannya terhadap dunia jurnalisme Indonesia dan berbagai bidang lain untuk mencerahkan masyarakat sungguh tak ternilai.
P.K. Ojong adalah wartawan, cendekiawan, sekaligus guru bagi kita semua. (*)