"Berawal dari masalah kesehatan, dampak pandemi Covid-19 telah meluas ke masalah sosial, masalah ekonomi, bahkan ke sektor keuangan," tutur Jokowi.
Presiden menyebutkan, penanganan luar biasa telah dilakukan oleh banyak negara, terutama melalui stimulus fiskal.
Jokowi mencontohkan, Jerman mengalokasikan stimulus fiskal sebesar 24,8 persen dari PDB- nya.
Baca: ICW Tercengang dan Kaget Dengar Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi
Namun, pertumbuhannya terkontraksi minus 11,7 persen di kuartal kedua 2020.
Sementara, Amerika Serikat mengalokasikan 13,6 persen dari PDB, namun pertumbuhan ekonominya juga minus 9,5 persen.
"China mengalokasikan stimulus 6,2 persen dari PDB-nya dan telah kembali tumbuh positif 3,2 persen di kuartal kedua, namun tumbuh minus 6,8 persen di kuartal sebelumnya," lanjut Jokowi.
Menurut Jokowi, Indonesia pun telah melakukan langkah luar biasa dalam menghadapi dampak Covid-19 ini.
Baca: Jokowi : Pandemi Covid-19 Mengubah Cara Kerja dan Seluruh Sektor Kehidupan
Jokowi menyebutkan, Indonesia melakukan relaksasi defisit yang diperlebar hingga di atas 3 persen.
"Undang-Undang Nomor 2 tahun 2020 antara lain memberi relaksasi defisit APBN dapat diperlebar di atas 3 persen selama 3 tahun."
"Tahun 2020, APBN telah diubah dengan defisit sebesar 5,07 persen dari PDB dan kemudian meningkat lagi menjadi 6,34 persen dari PDB," terangnya.
Jokowi mengatakan, pelebaran defisit ini dilakukan mengingat kebutuhan belanja negara untuk penanganan kesehatan.
"Pelebaran defisit dilakukan mengingat kebutuhan belanja negara untuk penanganan kesehatan dan perekonomian meningkat pada saat pendapatan negara mengalami penurunan," kata Jokowi.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)