Hal itu laporan televisi lokal, pada Jumat (14/8/2020), ketika negara Asia Tenggara itu sedang berjuang melawan wabah corona.
"Bersamaan dengan itu, Vietnam masih akan terus mengembangkan vaksin Covid-19 buatan sendiri," demikian laporan stasiun televisi lokal mengutip Kementerian Kesehatan Vietnam, seperti dilansir Reuters, Jumat (14/8/2020).
Baca: Wabup Way Kanan Meninggal karena Covid-19, Bupati: Pak Edward Antony Jujur dan Mudah Bergaul
Kementerian Kesehatan tidak mengatakan berapa banyak dosis vaksin buatan Rusia itu telah dipesan Vietnam.
"Vietnam sendiri menargetkan vaksin akan tersedia pada akhir 2021," jelas Kementerian Kesehatan Vietnam bulan lalu.
Vietnam dipuji karena mampu menekan penularan melalui pengujian agresif, pelacakan kontak, dan tindakan karantina.
Kasus Covid-19 di Vietnam sempat naik kembali, ketika terdeteksi pada 25 Juli lalu, dimana kasus pertama ditemukan di kota liburan populer Danang.
Vietnam telah melaporkan total kasus positif Covid-19 berjumlah 911, dengan 21 kasus kematian.
Lebih lanjut Parana Technology Institute (Tecpar) Brasil memutuskan untuk memproduksi vaksin corona (Covid-19) buatan Rusia, Sputnik V.
Keputusan itu termuat dan ditandatangani dalam perjanjian kerja sama antara Tecpar dengan Badan investasi Rusia (RDIF/Russian Direct Investment Fund (RDIF).
Rusia telah disebut-sebut sebagai pertama di dunia mendaftarkan vaksin corona, meskipun para ahli juga telah mempertanyakan masalah keamanan saat perusahaan farmasi lain masih melakukan pengujian massal tahap III.
Tecpar, mengatakan mungkin impor vaksin akan bisa lebih awal dari tanggal produksi, jika Lembaga regulator kesehatan Brasil memberi izin.
Baca: Erick Thohir Sebut Indonesia Lebih Baik dari AS dan Rusia dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Melalui kerjasama ini diharapkan produksi vaksin Sputnik V dan distribusinya di Brasil dan negara Amerika Latin lainnya akan lebih mudah.
Dalam konferensi pers, Direktur Tecpar, Jorge Callado, menyatakan, produksi belum bisa dimulai apabila hasil uji klinis di Rusia belum dikirimkan ke mereka.
Hingga saat ini, kata dia, Rusia bahkan melum mengirimkan hasil uji klinis fase 1 dan 2.