"Hal ini mengingatkan cerita abadi tatkala Firaun mau mengadu kekuatan dengan Musa AS. Para petinggi sihir yang menggerumuni Firaun bertanya: "apa kiranya yang akan kami peroleh bila kami berhasil memenangkan baginda Firaun?" ujarnya.
"Jawab Firaun," pasti kalian akan mendapat posisi penting di sekitarku. Ini Al-Araf 113," jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dalam sistem otoriter, sanf otoktrat selalu mematikan check and balances sebuah demokrasi.
Lembaga legislatif lanjut dia, dijadikan tukang stempel kemauan sang otokrat yang sudah jadi penguasa puncak eksekutif.
Sementara lembaga yudikatif imbuh dia, tidak boleh merusak orkestra politik yang sudah dirancang oleh sang otokrat.
Nah kata dia, penghalang atau penghancuran hukum secara sangat efektif dilakukan oleh para penegak hukum sendiri sehingga obstruction of justice (menghalangi keadilan) menjadi lebih berbahaya lagi karena menjadi destraction of justice (penghancuran keadilan).
"Tipikal otoriterisme ini sepenuhnya dipraktekkan oleh rezim Jokowi," jelasnya.
"Tangan rezim ororiter itu sangat ringan untuk memangkas kekuatan masyarakat yang tidak sejalan dengan kemauan rezim yang sesungguhnya immoral bahkan illegitimate."
Namun dia mengingatkan, berdasarkan contoh-contoh nasib rezim otoriter di dunia, otoriterisme atau otoritarianisme pasti akan ambruk.
"Otoritarianisme pasti akan ambruk. Makar politik politik sebuah rezim otoriter tak ada artinya sama sekali berhadapan dengan makar Allah SWT.
"Sayang sekali rezim otoriterisme rezim Jokowi bukannya makin lemah sehingga demokrasi kita yang sudah terengah-engah makin berdaya. Otoriterisme Jokowi makin kuat dan pekat," tegasnya.