Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua MPR RI Amien Rais kembali melontarkan kritikannya terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Amien Rais menuding Jokowi sedang menjalankan politik otoriterisme dalam pemerintahannya.
"Masalah keempat, temanya adalah otoriterisme makin pekat. Indonesia di zaman Jokowi tidak sendirian dalam membanting demokrasi sehingga berubah esensi. Beberapa negara di Asia, Amerika Latin, dan Afrika menunjukkan kemiripan dalam menyelenggarakan pemerintahan yang demokratis pada awal mulanya tetapi tidak terlalu lama kemudian berubah jadi otoriterisme. Tak terkecuali Indonesia," ujar Amien Rais dalam video yang diunggah di akun Instagramnya @amienraisofficial, seperti dikutip Tribunnews.com pada Minggu (16/8/2020).
Hanya saja kata Amien Rais, praktik politik otoriterisme itu jauh lebih parah di Indonesia.
"Kita menyaksikan pada kuartal pertama ketika Jokowi menjadi presiden pada umumnya rakyat percaya akan ada perubahan signifikan bagi kehidupan rakyat Indonesia. Namun harapan itu cepat kandas. Mengapa?" jelasnya.
"Karena politik pencitraan terus saja dilakukan oleh Jokowi sambil terus melaksanakan janji-janji sosial, politik, ekonomi dan hukum yang terdengar merdu di telinga kebanyakan rakyat Indonesia. Dalam literatur politik Jokowi cukup lihai memainkan politik yang penampilannya itu demokratis tapi substansinya intinya otoriter," tegas Amien Rais.
Baca: Kronologi Nawawi Pomolango dan Mumtaz Cekcok, Berawal dari Anak Amien Rais Gunakan Ponsel di Pesawat
Baca: Mumtaz Buat Gaduh di Pesawat, Hanum Sebut Amien Rais Tidak Pernah Ajarkan Anaknya untuk Jadi Arogan
Dalam perjalanan waktu, Jokowi menjalankan demokrasi liberal, karena kebebasan bicara, berpendapat dan berkumpul mulai dicurigai.
Namun gaya populis Jokowi, kata dia, banyak mengecoh rakyat. Ditambah lagi para pendukungnya mencitrakan Jokowi menjalankan demokrasi populis.
"Jokowi terbuai dengan puja-puji para pendukungnya. Para sycophants (penjilat) itu dapat meyakinkan mantan Walikota Solo yang terbaik di dunia itu bahwa dia memang benar-benar dicintai rakyat. Sampai batas yang sangat jauh dia yakin sehingga berani menyatakan "Aku adalah Pancasila," jelasnya.
Amien Rais menjelaskan, Jokowi memerlukan para sycophants atau penjilat dalam membangun otoriterisme.
"Untuk menopang persangkannya yang keliru itu Jokowi menemukan sejumlah penjilat yang memang diperlukan bilamana seorang pemimpin sedang membangun otoriterisme," paparnya.
Praktik demikian menurut dia, bukan saja di Indonesia. Tapi di negara lain seorang presiden atau pemimpin yang ingin menjadi seorang otokrat pasti memerlukan pendukung-pendukung yang sudah mematikan akal sehat.
Amien Rais pun mengisahkan cerita Firaun melawan Nabi Musa AS. Saat itu Firaun menjanjikan posisi penting bagi para pendukungnya, jika berhasil memberikan kemenangan baginya.
"Hal ini mengingatkan cerita abadi tatkala Firaun mau mengadu kekuatan dengan Musa AS. Para petinggi sihir yang menggerumuni Firaun bertanya: "apa kiranya yang akan kami peroleh bila kami berhasil memenangkan baginda Firaun?" ujarnya.
"Jawab Firaun," pasti kalian akan mendapat posisi penting di sekitarku. Ini Al-Araf 113," jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dalam sistem otoriter, sanf otoktrat selalu mematikan check and balances sebuah demokrasi.
Lembaga legislatif lanjut dia, dijadikan tukang stempel kemauan sang otokrat yang sudah jadi penguasa puncak eksekutif.
Sementara lembaga yudikatif imbuh dia, tidak boleh merusak orkestra politik yang sudah dirancang oleh sang otokrat.
Nah kata dia, penghalang atau penghancuran hukum secara sangat efektif dilakukan oleh para penegak hukum sendiri sehingga obstruction of justice (menghalangi keadilan) menjadi lebih berbahaya lagi karena menjadi destraction of justice (penghancuran keadilan).
"Tipikal otoriterisme ini sepenuhnya dipraktekkan oleh rezim Jokowi," jelasnya.
"Tangan rezim ororiter itu sangat ringan untuk memangkas kekuatan masyarakat yang tidak sejalan dengan kemauan rezim yang sesungguhnya immoral bahkan illegitimate."
Namun dia mengingatkan, berdasarkan contoh-contoh nasib rezim otoriter di dunia, otoriterisme atau otoritarianisme pasti akan ambruk.
"Otoritarianisme pasti akan ambruk. Makar politik politik sebuah rezim otoriter tak ada artinya sama sekali berhadapan dengan makar Allah SWT.
"Sayang sekali rezim otoriterisme rezim Jokowi bukannya makin lemah sehingga demokrasi kita yang sudah terengah-engah makin berdaya. Otoriterisme Jokowi makin kuat dan pekat," tegasnya.