TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil sudah selesai disuntik vaksin Covid-19 dalam rangkaian uji klinis vaksin Sinovac dari Tiongkok. Pria yang akrab disapa Emil ini mengaku mendapat suntikan di tangan kirinya.
Setelah itu dia merasakan reaksi pegal dan dingin di bagian tangan yang disuntik. Proses penyuntikan vaksin ini berlangsung sekitar dua jam.
Sebelum mendapat suntikan pertama, empat pejabat daerah termasuk Ridwan Kamil harus menjalani sejumlah prosedur mulai dari pemeriksaan tensi darah hingga rapid test.
"Selama dua jam tadi melaksanakan pengetesan vaksin, kami melakukan banyak prosedur ketat, puncaknya kami disuntik dosis di sebelah kiri. Tapi Kapolda di kanan. Setelah disuntik saya pribadi merasa agak pegal selama lima menit, setelah itu terasa normal," ujar Ridwan Kamil.
Setelah disuntik, Emil bersama Kapolda, Pangdam, dan Kajati harus menunggu selama tiga puluh menit untuk melihat reaksi dari suntikan vaksin pertama itu.
Baca: Ridwan Kamil Beberkan Kondisinya Setelah Disuntik Vaksin Covid-19, Ungkap Harapan Ini
"Kami harus menunggu reaksinya akan muncul 30 menit, sambil terus dicek suhu tubuh dan kondisi di titik suntik," katanya.
Setelah suntikan pertama ini, Emil bersama Kapolda, Pangdam, dan Kajati harus kembali lagi ke Puskesmas Garuda untuk mendapat suntikan vaksin kedua.
"Kami akan mendapat penyuntikan kedua 14 hari ke depan, setelah itu melakukan pengecekan harian sampai ujungnya imunitas kami naik atau tetap sama. Di situlah kesimpulan riset ini apakah vaksin ini layak diproduksi masal atau tidak," ujarnya.
Usai disuntik Kang Emil diimbau tidak terlalu sering bepergian ke luar wilayah, setelah mendapat suntikan vaksin Covid-19.
Imbauan tersebut juga berlaku untuk pejabat lainnya yang menjadi relawan uji vaksin Covid-19, yakni Kapolda Jawa Barat, Irjen Rudy Sufahriadi; Pangdam III Siliwangi, Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto; dan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jabar Ade Eddy Adhyaksa.
"Selama pengetesan, kami diimbau tidak banyak melakukan aktivitas ke luar wilayah, tujuannya agar mudah pemantauan," ujar Ridwan Kamil.
Menurut Ridwan Kamil, atas dasar itulah kenapa syarat untuk menjadi subjek atau relawan vaksin Covid-19 ini harus warga Bandung Raya.
"Iya, agar tim peneliti mudah dalam melakukan pemantauan," ucapnya.
Selain itu, kata dia, tim peneliti juga mengimbau agar para pejabat yang menjadi relawan ini tidak melakukan aktivitas yang berlebihan, khawatir nanti kondisi subjek vaksin Covid-19 menurun.
Baca: Partai Gelora Puji Penanganan Covid-19 Ala Kang Emil di Jabar
"Yang dikhawatirkan tim peneliti itu kalau kita sakit akibat gaya hidup berlebihan, sehingga nanti membingungkan apakah ini sakit karena vaksin atau bukan, kita diimbau tetap berkegiatan seperti biasa tapi jangan ekstra saya tidak akan melebihkan kegiatan saya dan betul-betul kolom raportnya harus diisi," katanya.
Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman hingga kini masih terus mengembangkan vaksin Merah Putih untuk Covid-19.
Tahap uji klinis tahap pertama diharapkan dapat dilaksanakan pada trimester kedua tahun depan.
"Diharapkan uji klinik fase 1 kan bisa dimulai di trimester kedua 2021 dan itu merupakan penyuntikan vaksin (Merah Putih) pertama ke manusia di Indonesia," kata Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio.
Ia menambahkan, bibit vaksin buatan dalam negeri itu rencananya akan diserahkan ke PT Bio Farma, selaku industri yang masuk dalam konsorsium nasional pengembangan vaksin Merah Putih, pada Februari atau Maret 2021.
"Dan nanti akan dilanjutkan dengan uji klinis," ujar Amin.
Hingga saat ini proses pengembangan vaksin Merah Putih untuk Covid-19 mencapai sekitar 40-50 persen dari proses keseluruhan.
"Pengembangan vaksin Merah Putih dapat kami sampaikan sekarang kurang lebih 40-50 persen dimana kami sudah sampai di tahap menunggu ekspresi protein rekombinan dari satu sistem ekspresi yang menggunakan sel mamalia dan sel ragi," kata dia.
Baca: Relawan Jokowi Minta Bantuan Pemerintah dalam Bentuk Barang Dikurangi
Terpisah, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menuturkan, setelah vaksin Merah Putih memasuki fase uji klinis tahap pertama, vaksin akan diregistrasi dan terdaftar di Organisasi Kesehatan Dunia.
Wiku mengatakan, pengembangan vaksin buatan dalam negeri ini merupakan salah satu upaya pemerintah secara mandiri dalam menangani pandemi Covid-19.
Tentunya, pengembangan ini dilakukan sambil menanti proses penyelesaian uji klinis dari kandidat vaksin lain yang telah disepakati, yakni vaksin Sinovac.
Lebih lanjut, Wiku menjelaskan perkembangan terakhir dari vaksin Sinovac yang merupakan hasil kerja sama dengan China. Pemerintah telah mengamankan sebanyak 290 juta dosis vaksin Sinovac.
"Persetujuan (penggunaan vaksin) itu kan membutuhkan proses uji klinis sampai mendapat lisensi distribusi," kata Wiku dalam konferensi pers, Jumat.
"Kemudian, vaksinasi (kepada masyarakat) bisa dilakukan jika uji klinis sudah selesai tuntas dan mendapatkan hasil yang baik," tutur dia. (tribun network/naz/kps/wly)