Langkahnya kemudian dijalaninya di sekolah penerbang TNI AU di Yogyakarta. Selama satu setengah tahun tersebut Ajeng juga dilatih, dibina, dan dipersiapkan agar bisa mengawaki alutsista (alat utama sistem pertahanan) milik TNI AU.
Tidak hanya skill terbang saja, Ajeng juga dibekali kemampuan akademis.
Selain itu jasmani juga harus terjaga ketika mengikuti pendidikan tersebut.
Setelah satu setengah tahun ditempa di Sekolah Penerbang, ia pun dinyatakan lulus dan diberikan kepercayaan menjadi perempuan pertama calon pilot pesawat tempur atau fighter perempuan.
Ibu Sempat Khawatir
Mendengar kabar putri keduanya akan ditempatkan di Skuadron tempur, sempat membuat ibunda ajeng kaget dan khawatir.
Apalagi putrinya itu akan menjadi penerbang pesawat tempur.
"Ibu agak kaget. Saya rasa wajar itu dialami oleh seorang ibu yang punya anak perempuan yang sudah lama jauh dari rumah, tiba-tiba jadi penerbang, penerbang tempur lagi," kenang putri kedua dari tiga bersaudara ini.
"Jadi wajar jika ada kekhawatiran lah dari sisi seorang ibu," kata dia.
Namun Ajeng mampu meyakinkan ibunda, bahwa dirinya sudah menjadi tentara, abdi negara, yang harus siap di manapun ditempatkan.
"Sebagai seorang militer itu harus sudah siap dan harus menjalani sesuai dengan perintah tersebut," tegasnya.
Reaksi berbeda ia dari ayahnya yang merupakan perwira TNI AU. Inspirator hidupnya itu memberikam dukungan penuh untuk putrinya untuk menjadi tentara yang profesional dan bertanggung jawab dalam menjalankan tiap tugas dari negara.
Akhirnya Ajeng meminta doa dan dukungan seluruh rakyat Indonesia, bagi dirinya yang sedang menempa dirinya melalui tangan-tangan instruktur. Sehingga kelak benar-benar bisa menjadi penerbang perempuan yang handal.
"Cita-cita saya di Indonesia akan lebih maju lebih banyak lagi perempuan bisa menjadi seorang penerbang tempur " tegasnya.