Sang ayah, Rayhan melanjutkan, walau tidak memiliki latar belakang pendidikan Fisika, tetapi selalu membantunya untuk menjadi lebih baik.
Dan Rayhan benar-benar kehilangan semuanya.
"Saya benar benar kehilangan semuanya. Mungkin kehilangan PTN tidak jadi masalah, karena PTN bisa dicari dengan banyak jalur. Tapi kehilangan Papa? Apakah bisa diganti? Enggak," papar dia.
Gagal lolos SBMPTN
Sepeninggal sang ayah, Rayhan tetap melanjutkan belajarnya meskipun di bawah tekanan mental.
Rayhan mengaku life must go on, hidup terus berjalan, dan akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
"Waktu tidur akhirnya saya kurangi menjadi 2-3 jam per hari," ucap Rayhan.
Pada mulanya, impian Rayhan adalah ingin melanjutkan studi di jurusan teknik mesin, tetapi keinginannya itu berubah setelah ayahnya meninggal dunia.
Ia berubah pikiran untuk menjadi dokter karena merasa penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam tentang penyakit yang dialami ayahnya.
Kali ini, dia mencoba memilih jurusan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS).
Hari yang ditunggu pun tiba, di mana hari diumumkannya hasil SBMPTN.
"Pengumuman SBMPTN pun berlangsung, dan akhirnya saya dinyatakan gagal lolos seleksi. Three times strikes out. Gagal SNMPTN, papa meninggal dan gagal SBMPTN," sesal Rayhan.
Mendapat ganti
Seolah olah, kata Rayhan, kebahagiaan yang ia peroleh pada 2019 digantikan menjadi sebuah ujian pada 2020 ini.