TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktivis mahasiswa Universitas Gadjah Mada Josardi Azhar mengajak rekan mahasiswa lainnya untuk tidak terjebak segmentasi antarkampus saat menggelar aksi demonstrasi.
Menurut Josardi, mahasiswa harus mampu berbaur tanpa sekat perguruan tinggi.
"Aku ingin menawarkan kepada teman-teman mahasiswa khususnya. Kita jangan terjebak pada segmentasi identitas universitas. Ini UGM, ini UI. Tapi enggak, kita membaur kaya begitu," ujar Josardi dalam webinar "Kebebasan Sipil VS Rezim Jokowi" yang disiarkan channel Youtube Lokataru, Senin (19/10/2020).
Josardi mencontohkan saat aksi demonstrasi di Kantor DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta pada 8 Oktober lalu.
Saat itu, Josardi mengungkapkan banyak mahasiswa yang ditangkapi polisi karena tidak memakai almamater.
Sementara yang memakai tidak ditangkap oleh aparat kepolisian.
Baca juga: KSPSI Pastikan Tidak Ikut Demo Saat Momentum 1 Tahun Jokowi-Maruf
Baca juga: Kawasan Glodok Jadi Prioritas Keamanan, Jelang Demo UU Cipta Kerja dan Setahun Jokowi-Maruf Amin
Menurut Josardi, hal tersebut menunjukan privilege atau keistimewaan bagi mahasiswa yang memakai almamater kampus.
"Jadi bukti bahwa orang-orang yang pakai almamater punya privilege. Privilege keamanan macam-macam, jadi dia enggak ditangkap. Kita lewat teman-teman, pelajar-pelajar, teman-teman mahasiswa yang enggak pakai alamamter malah ditangkapin," ungkap Josardi.
Hal tersebut yang membuat Josardi tergerak mengajak mahasiswa lintas kampus untuk melepas almamater masing-masing.
Langkah ini menurutnya dapat menujukkan solidaritas dan pembauran mahasiswa yang mengikuti demonstrasi.
"Saya menawarkan kepada teman-teman untuk melepas almamater dalam gerakan di jalanan atau gerakan sipil harus kita lepas. Kita membaur dengan teman-teman yang lain," tutur Josardi.
Baca juga: Mahfud MD Imbau Pengunjuk Rasa UU Cipta Kerja Besok Hati-hati pada Penyusup yang Ingin Cari Martir
Josardi juga mengajak agar gerakan mahasiswa dibangun secara horizontal. Menurutnya, sejauh ini gerakan mahasiswa cenderung dibangun secara hirarkis sehingga kerap terkotak-kotak.
"Kita harus bangun solidaritas sekuat-kuatnya, seluas-luasnya. Bangun secara horizontal, karena kecenderungan gerakan-gerakan mahasiswa atau masyarakat selalu terjebak pada hirarkis," pungkas Josardi.