TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi membuka dan memberikan pidato kunci dalam pelaksanaan webinar bertajuk “Perempuan Indonesia untuk Dunia: Refleksi 20 Tahun Agenda Women Peace and Security (WPS)," Kamis, (22/10/2020) lalu.
Menlu menyoroti keberadaan perempuan yang sejatinya memiliki potensi sebagai agen perdamaian, agen perubahan dana agen toleransi.
“Perempuan tidak boleh terus dilihat sebagai objek perdamaian, namun juga sebagai subjek yang dapat berkontribusi pada perdamaian" ujar Menlu Retno.
Indonesia sendiri terus berkontribusi memajukan peran perempuan dalam perdamaian dunia.
Menteri Retno mengatakan serangkaian inisiatif Indonesia telah dilakukan di tingkat regional maupun global.
Termasuk penyelenggaraan program peningkatan kapasitas, hingga memprakarsai Resolusi DK PBB No. 2538 terkait Women in Peacekeeping pada periode Presidensi Indonesia bulan Agustus lalu.
Baca juga: Cerita Letkol Villa Perempuan Pertama Dunia Jadi Komandan PBB Bertamu di Sudan
“Pemajuan peran perempuan dalam perdamaian telah menjadi agenda utama Polugri Indonesia,” kata Retno.
Sekiranya ada 3 hal utama yang ditekankan terkait agenda WPS, satu diantaranya perlunya menciptakan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk menjadi agen perdamaian atau equal opportunity.
“Dalam hal ini, pemahaman yang lebih luas termasuk di kalangan perempuan terkait potensi kontribusi perempuan terhadap perdamaian perlu ditingkatkan,” katanya.
Menteri Retno juga mendorong pengarusutamaan agenda WPS pada tingkat nasional.
Indonesia sendiri, telah berupaya menerjemahkan agenda WPS ini lewat Rancangan Aksi Nasional Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial atau RAN P3AKS setiap lima tahun.
Indonesia juga memperkuat gerakan global terkait perempuan dan perdamaian.
Menlu Retno menekankan disinilah pentingnya jaringan like-minded people antar negara maupun antar Kawasan.
“Jaringan ini penting sebagai sarana saling menginspirasi berbagi pengalaman dan saling dukung antar perempuan,” tutupnya.